Perkenalanku dengan Ambar

0 comments

Temukan kami di Facebook
Dalam kisahku sebelumnya 'wanita karier', aku semakin dikenal beberapa wanita sebaya. Baik di Surabaya atau dari kota lainnya, mereka terkadang mendengar cerita dari mulut ke mulut tentang 'kehebatanku' dalam urusan ranjang.

Dari semua wanita sebaya yang pernah mencoba kehebatanku dalam urusan sex, rata-rata mereka ingin sekali melakukan hal yang sama kesempatan waktu yang sengaja mereka ciptakan. Sehingga, aku sendiri terkadang dalam satu hari bisa making love dengan 3 orang yang berbeda dan tentunya dengan 3 waktu yang berbeda. Hal itu membuat aku semakin getol untuk menjaga stamina dan fisik aku supaya 'fight' terus. Karena tidak jarang pula dalam suatu permainan sex, pasanganku menginginkan bermacam-macam style.

Aku memang type pria yang suka mencari tahu perkembangan, pendidikan dan pelajaran sex, baik lewat internet, buku bacaan sexsiologynya dr. Boyke, atau mungkin beberapa koleksi film BF ku, yang sering memberiku inspirasi dalam mencoba style/gaya dalam bercinta. Sehingga semua itu memberiku inspirasi saat sedang bercinta dengan seseorang.

Berikut ini adalah pengalaman nyataku yang tidak kalah hebat dengan kisahku sebelumnya. Kisah ini terjadi sekitar bulan pebruary 2004 yang lalu, perkenalanku berawal saat menyapaku di YM. Dengan pembicaraan di chatting yang serius tapi santai, aku ketahui bahwa wanita tersebut adalah salah seorang yang dengan rutin mengikuti kisahku yang aku ceritakan di situs Rumah Seks. Terbukti wanita tersebut bisa menceritakan kembali apa saja yang sudah aku tulis di kisah-kisah sebelumnya.

*****

Singkat cerita, wanita tersebut ingin ketemu denganku di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Surabaya. Setelah beberapa saat aku duduk sambil meminum sofdrink yang aku pesan, seorang wanita sebaya berjalan menghampiri tempat dudukku.

"Dandy ya..?" sapa wanita tersebut.
"Iya, maaf anda siapa ya?" balasku bertanya.
"Namaku Ambar" kata wanita itu mengenal diri.
"Silahkan duduk Mbak" kataku mempersilahkan wanita tersebut duduk.

Setelah memesan minuman american float, kami berdua terhanyut dalam obrolan-obrolan yang terkadang membuat kami tertawa bersama. Umur 33 tahun tidak memperlihatkan tubuh Ambar mengendur sedikitpun. Tubuh Ambar memang tidak seberapa tinggi, perkiraan aku 165/50. Bibirnya yang sedikit sensual dan dipadu wajahnya yang manis, membuat wanita tersebut kelihatan lebih dewasa. Pinggulnya yang indah dengan style bagaikan gitar spanyol, membuat nafasku naik turun tidak beraturan. Tonjolan bongkahan daging kembar didadanya yang menurut tebakanku berukuran 34, semakin memperlihatkan sempurnanya wanita tersbut.

"Dandy, kenapa kok bengong?" tanya Ambar.
"Ngg.. Nggak kok Mbak, aku cuman terpana aja dengan Mbak" godaku
"Akh kamu bikin aku GR saja" katanya tersenyum.
"Oya Mbak kemaren kok bisa langsung PV nickname aku?" tanyaku.
"Iya ada seseorang yang kasih nickname kamu, kata temanku kamu orangnya asyik aja" jelas Ambar.
"Emang siapa sih Mbak nama teman nya?" tanyaku selidik.
"Sudah deh Dandy, maaf aku nggak bisa kasih namanya. Yang penting aku sudah ketemu kamu sekarang" kata Ambar menjelaskan.

Kami berdua cerita tentang kehidupan kita masing-masing, dan ternyata Ambar termasuk single parent. Itu karena beberapa tahun yang lalu, suaminya pergi entah kemana. Dengan wajah yang sedikit suram, Ambar menceritakan kisahnya sampai dia harus bercerai dengan suaminya.

Ada guratan kesedihan yang nampak jelas diwajahnya, aku seperti tersihir dengan ceritanya. Sehingga membuat aku sering menarik nafas panjang. Ambar menceritakan kalau di Surabaya ini tinggal dengan kakak perempuannya. Sebut saja kota pinggiran kota surabaya tinggalnya.

Hampir 1 jam penuh kami ngobrol tanpa terasa, sampai akhirnya aku menawarkan untuk mengakhiri pertemuan tersebut.

"Ambar, sudah malam nih" kataku
"Iya" jawabnya lirih.
"Mas, aku dianter pulang ya?" pinta Ambar.
"Oke, tapi mobilku jelek lho" kataku merendah.
"Jelek-jelek kan beli sendiri, lagian aku butuh orangnya kok" goda Ambar.

'DEG' jantungku terasa berhenti seketika walaupun dengan secepat itu pula aku berusaha mengontrol keadaan diriku yang mulai ngeres. Aku berusaha menerjemahkan apa arti sebenernya perkataan Ambar tersebut. Betapa bahagianya diriku jika memang dia mau kencan denganku. Seiring obrolan yang sedikit membuat nafasku sesak, kami berdua suadah berada dalam mobil dan segera meluncur untuk mengantar Ambar. 45 menit kemudian, kami sudah berada di sebuah rumah yang tidak sebegitu besar tetapi view nya sangat mengagumkan.

"Dandy, mampir dulu ya?" ajak Ambar.
"Aduh maaf deh, sepertinya ini sudah malam" kataku.
"Sebentar aja, sekalian aku buatin kopi" pinta Ambar menggebu.

Tangannya yang lentik menarikku supaya turun dari mobil dan akhirnya aku memarkir mobilku di depan rumahnya. Ketika aku masuk ruang tamu, bau semerbak bunga sedap malam menyengat hidungku dan menambah suasana romantis.

"Dandy, silahkan diminum," kata Ambar.
"Iy--iya.." jawabku gugup.

Entah berapa lama aku menikmati suasana sekeliling, karena tanpa terasa Ambar sudah membawa 2 buah cangkir yang berisi kopi dan teh. Aku langsung meminum kopi hangat yang sudah dihidangkan Ambar.

"Mmm, kok sepi memang kakak kamu dimana?" tanyaku.
"Nggak tahu tuh Dandy, mungkin lagi keluar" jawab Ambar.

Malam itu memang Ambar kelihatan sangat menggairahkan, dengan yukensi warna cream dipadu dengan rok mini warna merah muda membuat kakinya yang jenjang semakin nampak indah. Sesekali aku melirik pahanya yang putih mulus sehingga membuat 'adik kecilku' mulai berontak.

"Dan, kenapa kok bengong?" tanya Ambar mengagetkan lamunanku.
"Tidak apa-apa kok" kataku.
"Dany, aku mau tanya sesuatu boleh nggak?" tanya Ambar.
"Silahkan Mbak" jawabku.
"Mmm, kata temanku kamu sering menulis pengalaman sex kamu di situs Rumah Seks ya?" tanyanya.
"Iy--iya sih Mbak" jawabku dengan wajah memerah.
"Terus apa yang kamu ceritakan itu benar kisah nyata kamu?" tanyanya kembali.
"Iya Mbak, aku sengaja tuangkan di situs itu karena aku belum menemukan sosok yang pas buat aku ajak share tentang masalah sex," jelasku.
"Apa istri kamu tahu?" tanya menyelidik.
"Ya pasti nggaklah Mbak" jawabku.
"Aku sudah baca semua karya tulis kamu dan aku tertarik dengan style kamu saat bercinta dengan wanita setengah baya. Sepertinya kamu perfect banget dalam urusan yang satu itu" puji Ambar.
"Akh, biasa aja kok Mbak.. " jawabku datar.

Kami membicarakan hal-hal mengenai sex dengan jelas dan terbuka, sehingga tanpa terasa jam sudah menunjukkan 1/2. 9 malam.

"Mbak sudah malam nih, aku mau pulang dulu ya?" pintaku.
"Iya deh dan tapi.. " Ambar tidak meneruskan pembicaraanya.

Ambar langsung berdiri dan menghadap tepat di depan wajahku dan sesaat kemudian Ambar sudah berada diatas pangkuanku.

"Dandy, aku ingin bukti kehebatan kamu dalam bercinta" pintanya.
"Mbak nanti ada orang.. " jawabku ragu

Tanpa bisa meneruskan rasa kekhawatiranku, bibir Ambar langsung menyumbat bibirku. Tangannya melingkar di leherku sehingga lumatan bibir Ambar seakan menyesakkan nafasku. Kami berdua saling melumat dan mengadu lidah, sehingga lambat tapi pasti birahiku mulai terusik untuk bangkit. Rok mini Ambar yang tadinya rapi, sekarang sudah terangkat ke atas. Celana beranda warna pink semakin menambah kesempurnaan pinggul Ambar. Yukensi cream Ambar sudah terlepas semua kancingnya sehingga bra nya yang berwarna pink nampak jelas dihadapanku.

Sesekali tubuhnya meliuk-liuk diatas pangkuanku, seakan-akan memberikan indikasi bahwa dia sudah mulai gatal.

Sesaat kemudian Ambar berdiri dan mengkangkangi wajahku, naluriku segera menggerakan wajahku untuk medekati selangkangannya. Bibirku yang sudah mulai nakal, menjilati lutut, paha dan sampailah di tengah selangkangan Ambar. Aku melihat CD warna pink yang tadinya masih bersih, sudah mulai banjir dengan lendir yang membasahi permukaan vaginanya.

"Ohhk.. Dandy.. Teruss.." desah Ambar.

Dengan lihai, tanganku yang kiri mendorong pantat Ambar supaya lebih maju dan tangan kiriku menyibak CD yang dikenakan Ambar. Lidahku dengan mudah mendarat pada lubang vagina Ambar. Bagaikan menjilat es cream, aku semakin berani mengoyak vaginanya dengan lidahku.

"Aoowww.. Daannddyy.. Nikmat sekali sayaangg" desah Ambar.
"Dannddy.. Aku.. Keeluuarr.. Aaakhh" Ambar mendesah panjang dan bersamaan dengan rintihan tersbut, cairan hangat keluar dari lubang vaginanya. Dengan liarnya aku segera menjilati seluruh cairan yang meleleh, dan aku segera berdiri dari tempat dudukku semula.

Hanya dengan menyibak rok Ambar, aku membimibing tubuh Ambar untuk 1/2 menunduk. Tangannya menopang tubuhnya pada sandaran tempat duduk. Sedetik kemudian aku sudah mengeluarkan batang penisku, hanya aku buka resletingku, penisku sudah berdiri tegak keluar. Ambar hanya menunduk pasrah dengan apa yang akan aku lakukan. Tanganku segera melorotkan CD Ambar sampai sebatas lutut, aku segera menggesek-gesekan kepala penisku pada lubang Ambar.

"Uggh.. Danddy.. Gelii.. " rintih Ambar.
"Sudah sayang.. Masukkan.. Aku nggak tahan.. Please" pinta Ambar.

Setelah berkata demikian, Ammbar segera menekan pinggulnya sehingga batang penisku mulai mengoyal bibir vaginanya.

"Aooaa.. Beesaarr seekali Danddy.." kata Ambar.

Hanya sekali tekan saja, seluruh batang kemaluanku sudah terbenam dalam lubang vaginanya, kedua tanganku menahan pinggul Ambar agar mengikuti iramaku.

Aku sengaja tidak menggerakkan keluar masuk penisku, akan tetapi aku menggoyang pinggulku. Gerakan berputar membuat Ambar menggerinjang hebat. Dengan santainya aku memainkan gejolak birahinya, sehingga beberapa saat kemudian tangan Amabr yang pertamnya menopang tubuhnya pada sandaran tempat duduk, sekarang berganti menekan pnatatku untuk tidak melepas kan penisku saat Amabar mencapai orgasem yang kedua.

"Dan.. Teruuss.. Jangann berhenti saayanng.." rintih Ambar.

Mendengar rintihan Ambar dan gelagat akan orgasemnya Ambar, aku segera menggoyang cepat pinggulku dan sesekali menekan dalam penisku pada lubang kewanitaanya.

"Amppunn.. Kkaamuu.. Memang.. Hheebbaatt.." rintih Ambar.

Beberapa saat kemudian.

"Danddyy.. Aakuu nggak tahann.. Oookkhh.. Teruss.. Sayang.. Danddyy.." Ambar merintih panjang saat aku merasakan cairan hangat membasahi batang kemaluanku dan jujur saja hal itu membuat birahiku mendekati pucaknya..

"Ccreekk.. Crekk.. Creekk.. " suara batang kemaluanku keluar masuk pada lubang vaginanya yang sudah membanjir.

Tubuh Ambar tidak lagi menunduk, tubuh kamu berdiri berbelakangan. Tanganku menggapit perut Ambar dari belakang, pantat Ambar yang sexy menjorok kebelakang dan mendempet sepenuhnya dengan perutku. Tangan Ambar memainkan kedua belah payudaranya, posisi ini memudahkan aku untuk melakukan 'tusukan-tusukan' penisku yang lebih menthok dalam lubang vaginanya.

"Mbaak.. Aku.. Mau.. Keluar.." rintihku.
"Iyaa.. Danndydyy akuu jugaa maau laagii.." rintih Ambar.
"Mbaak.. Kita keluarr.. Barengg.." kataku.
"Iyaa.. Sayangg.. Oookkhh" Ambar semakin panjang rintihannya.

Gerakan kami semakin cepat dan tanpa sadar kami melakukannya di ruang tamu rumah Ambar. Batang kemaluanku semakin senut-senut menahan semburan spermaku yang sudah berada diujung penisku.

"Daanddydy.. Aku.. Kkeell.. Uuuaarr aakhh" rintih Ambbar.
"Iyaa.. Aaku juggaa Mbaakk.. " rintihku panjang.
"Aakkhh.. " kami berdua merintih panjang saat semburan spermaku dalam vagina Ambar.

"Crrutt.. Crut.. Crut.. Crutt.. " entah berapa kali semburan spermaku muncrat dalam vagina Ambar. Dan disaat aku masih menikmati sisa-sisa kenikmatan making love tersebut, Ambar seketika merubah posisinya dan duduk. Wajahnya tepat di depan batang kemaluanku yang masih mengencang.

"Mmm.. " bibirnya yang mungil segera melumat batang kemaluanku. Lidahnya menjilati sisa-sisa tetesan sperma yang keluar dari ujung penisku.

"AAkkh.. Mbaakk.. Nikmat sekali.. " rintihku.

Batang kemaluanku ditelan habis oleh mulut Ammbar yang sensual, hal itu membuat aku semakin terbang saja dan sedikit demi sedikit penisku mulai melembek dan 'tidur' seperti semula.

"Ihh Dandy, punya kamu memang luar biasa. Apa yang selama ini hanya aku dengar dari teman-teman, sekarang aku sudah buktikan" puji Ambar.

Aku hanya menengadahkan wajahku ke atas langit-langit karena sambil memuji Ambar masih saja mengulum, mengocok dan menjilati penisku. Dentengan jam dinding berbunyi sepuluh kali, aku segera membenahi pakainku yang amburadul.

"Mbak sudah malam nih, aku mau balik dulu?" kataku.
"Muuacchh.." Ambar mengecup panisku dan kembali memasukkan penisku dalam CD, serta merapikan celanaku.

Ambar bangkit dari duduknya dan berhadapan dengan tubuhku, tangannya merangkul leherku.

"Dandy.. Ma kasih ya kamu telah memberikan kepuasan untukku" kata Ambar.
"Sama-sama Mbak.. " kataku lirih.
"Kapan-kapan bisa kan kita ulangi lagi?" tanya Ambar.
"Bisa Mbak, atur aja waktunya" jawabku pasti.

Bersamaan dengan itu bibir Ambar melumat bibirku, 5 menit lamanya Amabr melumat bibirku. Setelah kecupan romantis tersebut, aku segera beranjak menuju mobil starletku. Sambil kembali memandang Ambar yang berdiri di depan pintu melambaikan tangannya, aku segera menekan gas mobilku untuk meninggalkan rumah wanita tersebut.

Malam itu benar-benar membuat aku tidak bisa melupakan dengan apa yang aku alami, Ambar seorang wanita yang anggun ternyata bisa takluk di atas ranjang oleh keperkasaanku.

*****

Itulah kisah nyataku bersama wanita yang bernama Ambar, dan untuk para pembaca situs ini berkenaan adanya untuk memberikan komentar, kritikan, saran atau masukan atas kisahku ini. Sebelum dan sesudahnya aku minta maaf jika bagi para pembaca yang mengirim email hanya ingin mengetahui identitas pasanganku, tidak dapat aku balas karena memang itu sudah menjadi komitmen aku untuk menjaga identitas mereka.

Dan tidak menutup kemungkinan jika ada 'Ambar-Ambar' yang lain untuk berkenalan dengan aku.

Surabaya, May 2004

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Perkenalanku dengan Ambar"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald