Pengalaman gay pertama Johan

0 comments

Temukan kami di Facebook
Di suatu tempat di Palembang, hiduplah sepasang sahabat karib. Johan dan Rudi sudah bersahabat sejak kecil. Seiring dengan berlalunya waktu, mereka tumbuh dewasa. Johan kehilangan Rudi saat Rudi memutuskan untuk bekerja di Bandung. Pada saat itu, umur mereka sudah genap 20 tahun. Meskipun mereka berteman akrab, namun Johan tidak pernah mengetahui rahasia terbesar Rudi. Rudi diam-diam memendam hasrat homoseksual pada Johan. Tapi celakanya, Johan 100% heteroseksual, sama sekali tidak pernah memikirkan ataupun membayangkan hubungan homoseksual.

Johan sendiri merupakan cerminan dari figur seorang pria sejati yang jantan. Wajahnya nampak tangguh dan maskulin berkat jambang dan kumis halus. Meskipun dia berkacamata, dia tetap nampak macho, jauh dari kesan kutu buku. Sehari-harinya, Johan suka mengenakan kaos oblong dan celana jeans ketat, sehingga bentuk tubuhnya yang jantan sering terekspos di balik pakaiannya. Aura kejantanan menyebar dari tubuhnya.

Saat dia berjalan keluar, para wanita dan pria gay diam-diam meliriknya dan membayangkan tubuh telanjangnya. Johan juga sadar bahwa dirinya seksi dan jantan, maka terkadang sering mempergunakan daya tariknya untuk mencicipi wanita. Tapi tak pernah terpikirkan olehnya untuk mencoba tubuh lelaki ataupun mencoba untuk dilayani oleh lelaki, sampai dia bertemu kembali dengan Rudi.

"Kamu nampak makin ganteng, Johan," kata Rudi, duduk di sampingnya.

Dua sahabat itu sedang duduk berduaan di suatu sore di rumah Johan. Kebetulan sekali, rumah Johan sedang kosong. Jantung Rudi deg-degan saat kehangatan tubuh Johan menyentuh tubuhnya. Ingin sekali dia memeluk sahabatnya itu, tapi apa jadinya jika Johan keberatan dan ngamuk. Tapi hasrat yang tertimbun dalam diri Rudi sudah terlalu besar, sebentar lagi akan meledak bagaikan gunung berapi.

"Badan kamu juga semakin keras saja. Kamu berolahraga?" Tangannya merajarela di atas tubuh Johan, merasakan lekuk tubuh seorang pria sejati.
"Tidak juga. Tapi omong-omong, emang saya ganteng beneran?" tanya Johan, penasaran.

Nada bicaranya setengah tertawa dan setengah serius. Sudah lama dia tidak bertemu Rudi, kangen sekali pada sahabatnya itu. Saat Rudi meletakkan tangannya di bahunya, Johan sama sekali tidak mencurigainya.

"Benar, Johan. Kamu ganteng sekali. Aku.." Sesaat, Rudi terdiam, bingung harus berkata apa. Dia bingung apakah harus mengakui homoseksualitasnya pada Johan atau tidak.
"Johan, aku suka kamu." Tanpa pikir panjang, Rudi membeberkan semuanya.
"Aku suka kamu, Johan," ulangnya, matanya tertuju ke lantai. Tangannya ditarik mundur dari bahu Johan.
"Apa katamu? Kamu suka saya?" Johan terpana, terkejut.
"Kamu bercanda, kan?" tanyanya untuk memastikan. Tapi jawaban yang didapat Johan hanyalah gelengan kepala Rudi.
"Tidak, Johan. Aku serius. Aku suka kamu. Aku ingin bercinta denganmu. Sudah lama saya menyukaimu tapi saya tidak berani mengatakannya. Aku tahu kamu heteroseksual, dan saya tidak akan memaksamu untuk menjadi homo seperti saya. Tapi kumohon, izinkan saya untuk melihat batang kejantananmu. Izinkan aku memegang kontolmu." Rudi memohon dengan memelas, bersimpuh di depan Johan.

Johan tentu saja menjadi panik dan bingung. Dia adalah pria sejati, seorang pejantan. Pria sejati tidak akan melakukan hubungan homoseks. Johan sama sekali tidak tahu apa-apa tentang homoseksualitas. Tapi Rudi terus saja memohon dan memelas, nampak sangat putus asa.

"Aku nggak tau harus gimana," jawab Johan, bingung.
"Kumohon, biarkan saya melihatnya, menyentuhnya, menciumnya, dan mengulumnya. Kamu diam saja dan biarkan saya memberikan kamu kepuasan yang belum pernah kamu dapat dari cewek. Tolonglah, Johan," mohon Rudi, tangannya meremas-remas kemaluan Johan yang masih terbungkus celana jeans.

Tak kuasa menolak permintaan temannya itu, Johan menyerah juga. Pelan-pelan, meski masih ragu, dia melepas jeans dan celana dalamnya sampai ke lutut. Kembali duduk, Johan melebarkan selangkangannya agar Rudi dapat leluasa mengagumi batang kontolnya. Batang itu memang masih lemas namun di ujung kepalanya masih terdapat sisa sperma akibat dari masturbasi pagi tadi. Rudi, bagai tersihir, hanya bisa memandangi kontol itu. Perlahan, Rudi mendekatinya dan menciumi kontol itu. Lidahnya mulai beraksi, menjilat-jilat permukaan kepala kontol Johan.

"Aahh.. Hhoohh.." desah Johan keenakkan, badannya menggeliat sedikit.

Melihat temannya menikmati servisnya, Rudi semakin bernafsu. Dengan sebelah tangan, Rudi mengocok-ngocok kontol Johan sampai batang itu mulai mengeras. Seperti trik sulap, batang kejantanan Johan mulai memelar dan memanjang. Rudi menahan air liurnya saat menyaksikan batang itu mengeras. Kepala kontol Johan yang bersunat itu mengkilat akibat sisa air liur Rudi. Batang itu berdenyut-denyut, hidup. Tanpa ragu, Rudi langsung memasukkan seluruh kontol itu ke dalam mulutnya.

"Hhoohh.." desah Johan lagi.

Kenikmatan mengalir di tubuhnya saat batang kontolnya menerima kehangatan. Ah, tiada yang lebih nikmat daripada dioral, selain menyodomi. Seperti mesin pompa, Rudi memompa kontol Johan. Naik-turun, naik-turun, terus-menerus dengan ritme tetap. Hisapan Rudi terasa sangat bertenaga akibat nafsu yang bergelora dalam dirinya. Tak pernah disangka bahwa akhirnya dia bisa juga mewujudkan impian terbesarnya, yakni menghisap kontol Johan! Kontol Rudi sendiri mulai bangkit, membesar dan mengeras.

Sambil tetap menghisap kontol Johan, Rudi membebaskan kontolnya sendiri dari kungkungan celana panjangnya. Johan terpesona karena heran melihat kontol Rudi yang ngaceng. Baru kali ini dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri seorang pria yang terangsang akibat menghisap kontol pria lain. Bersandar pada kursinya, Johan menutup matanya, terus mendesah-desah. Oh, kenikmatan ini sungguh tak terkatakan. Rudi memang seorang penghisap kontol yang hebat!

Tubuh Johan mulai berkeringat. Dengan sekali tarik, kaos onblongnya terlepas. Rudi mendongak ke atas dan disuguhi dengan pemandangan yang menggetarkan kontolnya. Tubuh Johan yang hampir telanjang bulat itu berkilat dengan keringat. Dadanya yang padat nan berbulu halus mengembang mengempis, mengambil napas. Kedua puting kecoklatan menghiasi dadanya, semakin menambah rangsangan. Rudi berhenti menyedot kontol Johan dan langsung menggerayangi dada pria jantan itu. Seperti bayi, Rudi dengan haus menyedot-nyedot puting Johan. Sedotannya terasa kencang dan bertenaga sehingga Johan keblingsatan menahan nikmat.

"Aahh.. Oohh.. Rud.. Enak banget.. Oohh.. Jilat putingku.. Oohh.. Aahh.." Lupa akan dirinya yang heteroseksual, Johan tenggelam dalam nafsu birahi antar sesama jenis. Dia menginginkan agar Rudi melayani nafsunya. Rudi terus-menerus berpesta di atas dada Johan. Seakan-akan tak pernah puas, pemuda itu menjilat, memeras, meraba bagian pectoral Johan.

Terbakar birahi, Rudi segera melepaskan seluruh pakaiannya. Tanpa malu, Rudi memperlihatkan ketelanjangan tubuhnya di hadapan kawannya. Kontolnya masih ngaceng dan meliurkan precum. Dengan gaya yang menggoda namun maskulin, Rudi memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya. Johan memang tidak terangsang dengan tubuh Rudi sebab dia bukan gay, namun dia terangsang saat mengingat betapa nikmatnya kuluman sahabatnya itu. Kontol Johan kembali berdenyut-denyut, ingin merasakan kenikmatan itu kembali.

"Rudi, isep lagi donk," pinta Johan manja sambil menggoyang-goyangkan kontolnya.

Dia tahu, Rudi pasti mau menghisap kontolnya lagi. Benar saja, Rudi tersenyum mesum dan senang. Pemuda itu langsung kembali berlutut dan membenamkan mulutnya di kontol Johan. Seperti serigala kelaparan, Rudi menghabisi kontol itu. Dengan rakus, batang itu dijilati, dikulum, dan dihisap. Seiring dengan hisapan Rudi yang menguat, erangan Johan pun mengeras. Pria macho itu menyerahkan kejantanannya agar bisa dimainkan oleh sahabtanya itu.

"Hhoohh.. Rud.. Enak.. Oohh.. Hisap terus.. Aahh.. Ayo Rud.. Aakkhh.." Cairan precum mengalir terus dari lubang kencing Johan dan langsung dijilat habis oleh Rudi.

SLURP! SLURP! Rudi terus mengulum kontol Johan. Pipinya terlihat menggembung-gembung, penuh dengan udara dan kontol Johan. Sebelah tanganya dipakai Rudi untuk mengocok kontolnya sendiri. Precumnya menetes-netes membasahi lantai. Semakin terbakar gairah dan nafsu, Johan menjambak rambut Rudi dan mengarahkannya untuk menghisap lebih dalam lagi.

"Mmpphh!! Mmpp!!" Hanya itulah yang keluar dari mulut Rudi.

Demi membuat temannya senang, Johan mengulurkan tangannya yang satu lagi untuk meraba-raba bahu Rudi. Tubuh Rudi memang biasa-biasa saja; tidak kurus dan tidak gemuk. Namun tubuhnya tetap nampak maskulin dan terasa nikmat jika dielus-elus. Elusan tangan Johan bergerak turun dan menemukan sepasang puting yang melenting keras. Tak ayal lagi, mereka dipermain-mainkan oleh Johan.

"Mmpphh!! Mmpphh!!" Rudi menjadi keblingsatan karena putingnya sangat sensitif. Sedotannya terasa semakin keras, keras, dan..
"Oohh!! Rud! Mau keluar!"

Secara refleks, Johan mencoba untuk menarik kontolnya keluar karena tak mau menyemburkan mnainya di dalam mulut Rudi. Baginya, hal itu terasa seperti merendahkan martabat sahabatnya itu. Namun Rudi nampak tak mau melepaskan kontol itu; dia terus saja menghisap dan menghisap. Dan Johan tak tahan lagi. Dia harus ngecret, sekarang juga!! Dengan bertenaga, pria itu mendorong kontolnya sedalam-dalamnya ke kerongkongan Rudi. Dan dengan itu, Johan meledak.

"Aarrgghh!!"

Air maninya menyembur deras, membanjiri kerongkongan Rudi yang haus akan sperma laki-laki jantan. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Setiap tembakan pejuh, diiringi jeritan dan erangan nikmat dari mulut Johan ynag bergetar menahan nikmat.

"Hhoohh!! Aarrgghh!! Uuggh!! Oohh!!" Kontol Johan masih saja menembakkan spermanya, lagi, lagi, dan lagi, sampai akhirnya berhenti sama sekali.

Tubuh Johan tergolek lemas tak berdaya, letih sekali setelah mengalami orgasme yang luar biasa. Rudi nampak asyik menjilati sisa-sisa lelehan sperma di sekitar selangkangan Johan.

"Pejuh kamu enak," puji Rudi seraya berdiri dan mempertontonkan batang kontolnya yang sudah basah dan licin dengan precum. Kepala kontolnya berkilat-kilat tertimpa cahaya.
"Aahh.. Gantian saya yang mau ngecret.. Oohh.."

Rudi menutup matanya sambil meresapi nikmatnya bermasturbasi. Sekujur tubuhnya yang berlapiskan keringat mulai bergetar hebat. Disertai erangan nikmat yang membahana, Rudi menumpahkan isi kontolnya tepat ke atas dada Johan.

"Aarrgghh..!!" ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!!

Masih lemas, Johan membiarkan sahabatnya menyemprotkan spermanya ke atas dadanya. Bulu-bulu halus di dada Johan nampak basah dan lengket dengan keringat. Kini, mereka basah dan ternoda dengan cairan kental keputihan dari kontol Rudi. Sperma Rudi terasa panas mendidih saat cairan itu mendarat di atas permukaan kulit Johan.

"Hhooh.." desah Rudi saat tetes pejuh yang terakhir menetes keluar dari lubang kontolnya.

Buru-buru, Rudi berlutut kembali di depan Johan. Dengan rakus, Rudi menjilat-jilati tetesan pejuhnya sendiri. Johan tentu saja terperangah. Baru kali ini dia mneyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa sahabat yang sangat dikasihinya itu ternyata suka sekali menelan air mani pria lain dan juga air maninya sendiri. Tapi asalkan Rudi bahagia, dia pun akan bahagia juga. Maka Johan membiarkan Rudi beraksi membersihkan dadanya dari cairan pejuh Rudi. SLURP! SLURP! Rudi sangat menikmati rasa pejuhnya, apalagi pejuhnya itu dijilat langsung dari kulit Johan. Ah, akhirnya impiannya terwujud..

*****

Berbulan-bulan telah berlalu setelah kejadian itu. Johan masih ingat betul betapa nikmatnya servis yang diberikan Rudi padanya. Namun Rudi tak kunjung datang sejak hari itu. Kabarnya, dia telah kembali ke Bandung. Johan berusaha untuk menghubunginya namun tiada hasil. Rudi tak pernah mau menjawab HP-nya seakan ogah berbicara. Tentu saja Johan sedih sekali karena Rudi adalah sahabatnya sejak kecil.

Johan merasa bahwa Rudi mungkin minder dan tidak enak hati dengannya setelah kejadian itu, tapi Johan tidak menyalahkannya dan juga tidak membencinya. Dia masih ingin berteman dengan Rudi. Dalam hatinya, Johan yakin bahwa suatu hari dia akan bertemu kembali dengan Rudi, sahabatnya itu. Semoga saja..

Tamat




Pemandian Alam Tirta Suam

0 comments

Temukan kami di Facebook
"Hai, Yan kamu masih sering pulang ke Jombang, nggak?" tanya Yos teman kuliahku, yang memang tahu kalau rumahku ada di Jombang.
"Iya, setiap Sabtu sore dan balik lagi ke Surabaya hari minggu sore juga," jawabku, "Emangnya ada apa sih, koq nanya?" jawabku.
"Eh, kemarin waktu aku keliling sama teman kerjaku, dia nunjukin aku tempat pemandian alam Tirta Suam di Mojokerto, airnya hangat dan yang lebih asyik lagi lu bisa lihat barangnya cowok-cowok pada bergantungan dengan bebasnya kalau sore hari mulai sekitar pukul 16.00 sampai menjelang magrib" jelasnya tanpa kutanya, karena memang diantara kita maksudku antara aku dan Yos sudah terbuka dan saling mengetahui jati diri kita masing-masing bahwa kita-kita ini memerlukan suatu pemandangan seperti itu untuk membuat kita fresh lagi setelah suntuk dengan setumpuk pelajaran
"Lu bisa lihat barangnya orang dari mulai anak-anak kecil, remaja, dewasa bahkan sampai yang kewut (Tua) juga ada, mulai yang panjang, pendek, gemuk, besar, hitam, kuning, ah pokoknya lengkap deh sampai binggung ngeliatnya abis banyak sekali sih, tapi hanya sebatas memandang lho, kalau mau megang sih mikir-mikir, ya kalau yang dipegang mau kalau nggak khan ntar bisa dikroyok orang rame-rame karena ada hemong nyasar," jelasnya lagi.

Akupun jadi penasaran dibuatnya lalu aku bertanya,

"Dimana sih tempatnya dan didaerah mana tepatnya?" tanyaku nggak sabar.
"Gampang, kalau lu dari Surabaya ke arah Jombang khan pasti lewat jembatan tol yang dekat pabrik kertas Tjiwi Kimia, nah terus maju dikit khan ada lampu setopan, nah dari situ nggak jauh sekitar dua atau tiga ratus meter disebelah kiri jalan khan ada Losmen Sekar Putih, nah disebelahnya khan ada jalan ketimur kurang lebih satu setengah kilo meter, pas diujung jalan itu dan memang jalan itu berakhir dipemandian itu, bayarnya murah koq tapi kalau mau kesana sore-sore aja baru asyik, kalau pagi sih nggak seberapa rame, paling-paling rame sama orang yang rekreasi tapi khan nggak rame sama yang bergantungan.
"Hai, Yan kamu masih sering pulang ke Jombang, nggak?" tanya Yos teman kuliahku, yang memang tahu kalau rumahku ada di Jombang.
"Iya, setiap Sabtu sore dan balik lagi ke Surabaya hari minggu sore juga" jawabku "Emangnya ada apa sih, koq nanya?" jawabku.
"Enggak apa-apa, ada suatu tempat yang indah yang banyak pemandangan yang mengasyikan dipinggiran kota Mojokerta, dari pada dilewatkan begitu saja, mendingan kamu survei kesana," cerocos Yos.

Pada suatu hari Minggu sore sepulang aku dari Jombang yang mestinya agak malam, sengaja hari itu agak sore aku sudah balik ke Surabaya dengan harapan sekitar jamp 4 sore sudah nyampe ke tempat yang ditunjukkan oleh Yos itu.

Setelah memasuki halamannya kudengar suara kecipak air dan canda tawa dari anak-anak yang kecil, dan kulihat sebuah tiang yang tingginya kurang lebih tiga meter dan dari sana memancar air hangat yang berasal dari sumber alam, dan dibawahnya banyak sekali anak-anak kecil yang sedang mandi telanjang sedangkan yang remaja dan dewasa juga ada yang mandi telanjang juga akan tetapi hanya satu dua orang saja. Aku mengambil tempat di depan kamar mandi yang berjajar dalam keadaan terkunci dan aku segera duduk diatas tembok pembatasnya yang setinggi pahaku sambil melihat segala tingkah polah anak-anak yang dengan cueknya berlarian kesana-kemari dan berkejar-kerjaran dalam keadaan bugil yang kadang-kadang mengundang senyumku.

Waktu telah berlalu dan mulai mendekati pukul 17.00 sore dan ternyata makin banyak yang datang dengan membawa sabun dan handuk dan ada juga para pemuda desa sekitar situ yang mungkin habis bermain bola dilapangan dekat situ yang juga berdatangan secara berombongan dengan kaos yang penuh dengan keringat dan memakai celana pendek yang ada noda lumpurnya disana sini. Mereka datang, menuju tempatku duduk dan tanpa ba bi Bu dan dengan enaknya langsung buka baju kaosnya dan langsung melorotkan celananya, lalu poloslah tubuh itu dan langsung lari menuju kolam air hangat itu dan byuurr, menuju pancuran air hangat yang ada ditengah-tengah kolam itu.

Nah dari sinilah ceritaku bermula, salah satu dari antara mereka itu yang menurutku paling atletis tubuhnya, walaupun wajahnya tidak terlalu tampan akan tetapi bentuk tubuhnya sangat bagus sekali. Bukan terbentuk karena ikut fitness akan tetapi terbentuk karena alam dan mungkin dia adalah pekerja keras didesanya yang rata-rata sebagai petani, badannya tidak terlalu tinggi, kulitnya coklat kehitaman, bibirnya dihiasi sedikit kumis yang tidak terlalu lebat, dadanya sangat bagus padat berisi dan pinggangnya sangat ramping sekali karena pada saat itu dia sedang telanjang dada, dan aku mengharapkan dia segera melolosi celana pendek yang dipakainya itu seperti yang dilakukan teman-temannya dan segera menuju pancuran itu dan aku juga bisa segera melihat barangnya yang tentu juga akan seksi sekali. Tapi kutunggu beberapa saat nggak ada reaksi, dia tetap duduk sederet dengan tembok yang kududuki dan ketika aku menoleh ke arahnya, diapun tersenyum dan dengan basa-basi diapun bertanya dalam bahasa daerah.

"Saking pundi Mas?" tanyanya mengawali pembicaraan kami.
"Suroboyo," jawabku singkat.
"Bade dateng pundi?" tanyanya lagi.
"Jombang," jawabku lagi.
"Koq piyambakan mawon, lah pundi rencangipun?"
"Enak dewean wae iso bebas." jawabku lagi.

Untuk beberapa saat terjadi dialog diantara kami sampai akhirnya dia bertanya,

"Bade siram toh Mas," tanyanya.

Aku diam saja mungkin dia mengerti kalau aku masih malu untuk bertindak seperti mereka yaitu mandi dibawah pancuran air hangat dalam keadaan polos karena memang aku juga tidak membawa celana renang atau celana pendek lainnya walaupun aku tadi sempat berpikir untuk terjun ke dalam kolam air hangat bersama mereka dengan hanya memakai celdal saja.

"Lare-lare mriki niku sampun biasa, adus mudo niku," jelasnya.
"Sampun isin-isin, lha wong podo lanange mawon koq," lanjutnya.
"Monggo, kulo bade adus, nek sampeyan purun nggih mboten nopo-nopo," jelasnya dan segera melorotkan celananya.

Akupun berdebar dan melongo melihat penisnya yang begitu besar bila dibandingkan teman-temannya dan itupun dalam keadaan lemas sehingga aku berpikir kalau lagi ngaceng seberapa yaa gedenya. Setelah aku menunggu beberapa saat hari sudah mulai gelap dan orang-orang yang mandi dibawah pancuran mulai berkurang akan tetapi sidia itu masih asyik bercanda dengan teman-temannya yang sebagian besar sudah mengakhiri mandinya dan memakai kembali pakaiannya dan meninggalkan tempat itu, sekarang yang ada dibawah pancuran itu kurang lebih tinggal sekitar tujuh orang saja termasuk dia yang aku juga nggak tahu namanya karena kita juga nggak berkenalan walaupun ngobrolnya cukup lama.

Akhirnya aku tak tahan juga, segera kubuka kaosku, celana panjangku dan terakhir celana dalamku dan akupun dalam keadaan polos berlari ke arah kolam itu dan byyuurr dan segera menuju bawah pancuran, yang jadi harapanku saat itu adalah orang-orang ini segera mengakhiri mandinya dan berharap dia berlama-lama dalam kolam itu menemaniku. Hari sudah semakin gelap dan yang ada tinggal empat orang saja dibawah pancuran itu yaitu aku, dia dan dua orang temannya. Tak lama kemudian salah seorang temannya mengajak mentas dari kolam itu dan temannya yang seorang menyetujuinya.

"Ayo mulih," ajak temannya.
"Mengko disik, wis muliho sik, aku engko wae" jawabnya, dan ini yang menjadi harapanku untuk tetap tinggal berendam walaupun matahari sudah beringsut kebalik bumi dan suasana gelap mulai menyelimuti tempat itu.

Setelah kedua temannya selesai berpakaian kembali kemudian dia berteriak kepada salah satu kawannya

"Rek, jupukno watu, gawe ngosoki awak," pintanya.

Dan salah satu temannya mengambil sebuah batu sebesar telor ayam dan melemparkannya ketengah kolam dan langsung tenggelam, kemudian dia jongkok untuk mencari-cari batu itu didalam air, dan ternyata batu yang baru dilempar itu jatuh tidak jauh dari kakiku dan segera kuambil dengan kakiku dan kupegang dan kuacungkan padanya.

"Iki lho watune" kataku, dan bersamaan dengan itu dia langsung saja berdiri dan karena posisiku dan dia begitu dekat sehingga pada waktu dia berdiri dari jongkoknya itu tanganku yang teracung menyentuh penisnya yang besar itu namun dalam keadaan tergantung lemas, tapi terjadi suatu keajaiban setelah tersentuh tanganku mungkin ada aliran listrik yang begitu kuat sehingga perlahan namun pasti penis itu mulai terangkat ke atas dan makin membesar sehingga benar-benar tegak, dia tidak berkata apapun hanya senyum-senyum sambil memegang penisnya yang sekarnag sudah benar-benar ngaceng itu dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan segera kupegang dan kugosok pelan-pelan dibawah siraman air hangat yang makin membuatnya keenakan, walaupun suasana disekeliling kami gelap dan hanya ada kami berdua tapi itu sudah cukup aku rasakan dengan rabaan tanganku tanpa bisa melihat bentuk asli penisnya dalam keadaan tegang itu. Sampai akhirnya dia mengajakku kepinggir kolam dan dia segera duduk dipinggiran kolam sambil merintih dan mendesis. Lalu dia berkata "Muten penisku" katanya.

Dan memang ini yang kuharapkan segera tanpa diminta untuk yang kedua kalinya segera kulahap penis yang besar dan berdiri tegak itu dan makin keras terdengar rintihannya.

"Auucchh enak Mas, teruuss, Mas"
"Ooohh, sstt, sseess"
"Aduh Mas enak, aku arepe metu Mas" katanya

Karena dia meracau seperti itu maka makin kuat hisapanku pada penisnya sehingga penisnya makin mengeras dan tak berapa lama kurasakan ada cairan hangat yang menyemprot mulutku dan kemudian kujilati kepala penisnya yang mekar itu sampai akhirnya melemas lagi dan dia akhirnya balik kepancuran itu untuk membesihkan diri demikian juga halnya dengan aku.

Ketika kami berdua ada dibawah pancuran aku bertanya

"Koe sering yaa penismu diemut wong"
"Iya, sering Mas, sebabe enak timbang maen ambek arek wedok"
"Khan arek-arek itu seneng ambek penisku sing paling gede iki, timbange duweke arek-arek iku mau biasa-biasa ae" tambahnya

Akhirnya kami mengakhiri mandi kami dan segera aku berpakaian demikian juga dengannya. Lalu kuambil motorku yang parkir dibawah pohon dan diapun ikut kubonceng menuju jalan keluar pemandian itu sampai diperempatan dia minta berhenti.

"Wis, Mas sampek mriki mawon" pintanya
"Lho omahmu endi" tanyaku
"Niku lho, dalan mriki ngaler kiten-kiten rong atus meter," jawabnya.

Lalu dia turun dari boncenganku dan mulai jalan keutara, sedangkan aku melanjutkan perjalananku ke Jombang dan kulihat jamku sudah penunjukkan pukul 18.30, aku merasa puas dengan perjalanan pertamaku ke pemandian alam Tirta Suam, tapi ada satu halnya yang membuatku penasaran, karena sampai saat ini aku tidak mengetahui siapa namanya. Sehingga Sabtu berikutnya aku kembali kesitu tapi aku tidak menjumpainya demikian juga dengan Sabtu-Sabtu berikutnya sampai kurang lebih tujuh atau delapan kali aku ke pemandian itu tapi aku terpaksa merasakan suatu kekecewaan karena tidak bisa menjumpainya lagi akan tetapi rasa kecewaku terobati hanya dengan see sighting saja pada benda-benda yang bergantungan dengan bebasnya walaupun tidak sebesar yang pernah kugenggam itu. Aku mengenali beberapa kawannya yang juga ada ditempat itu, ketika aku mencoba untuk bertanya pada mereka, tapi kuurungkan lagi karena aku tidak tahu namanya.

Apakah aku mesti bertanya "Mas, arek sing penise gede iku, koq ora tahu ketok, nang endi ae?"

Mungkin itulah pengalamanku selama menikmati pemandangan alam di pemandian alam Tirta Suam Mojokerto, kalau mungkin ada rekan-rekan yang pengin kesana untuk sekedar see sighting atau mungkin lebih dari itu, bisa mencobanya untuk kesana sekitar pukul 16.00, setiap hari pasti rame deh dengan pemandangan alami yang yang back to nature itu.

Tamat




Pak polisi kekasihku

0 comments

Temukan kami di Facebook
Memang betul apa kata pepatah untung tidak bisa di tolak, sial tidak bisa dihindari. Mungkin itulah gambaran atau sekedar miniatur dari kehidupanku, yang akhirnya harus menderita tak berujung.

Bermula dari ketika aku berkunjung ke rumah temanku di kota "K" yang agak jauh dari kotaku "P". Sesampainya di terminal aku bingung sekali, karena di sampingku sudah lama tidak ke sini dan juga rumah temanku itu pindah, jadi aku betul-betul dibuat kesal. "Mau naik mobil apa ini," pikirku kala itu, karena "line" dengan abjad-abjad tertentu sesuai dengan jurusan masing-masing begitu banyak dan membuat kepalaku pusing. Akhirnya, karena aku sudah tidak sabar lagi dan sengaja mulai datang, maka aku ke pos polisi untuk menanyakan "line" yang harus kunaiki agar sampai ke tempat tujuan. "Selamat sore," sapaku pada seorang polisi yang kebetulan sendirian karena temannya sedang ke WC. "Sore, ada yang bisa kubantu Dik?" jawabnya dengan ramah sekali. Mendengar jawaban yang ramah dan bersahabat, maka membuat degup jantungku naik turun tak karuan. Setelah kujelaskan kebingunganku pada Pak polisi yang macho ini, dia cuma bisa manggut-manggut tanda dia mengerti kebingunganku. "Aduh gimana ya, 'line' ke tempat yang adik tuju sudah tidak ada," katanya menerangkan, karena "line" yang ke desa kutuju itu beroperasi mulai pukul 5:00 WIB sampai 17:30 WIB, padahal waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 18:05 WIB, "Aduh mati aku," pikirku. Aku pun tambah bingung, apalagi katanya di sekitar sini tidak ada penginapan atau hotel. Rupanya Pak polisi ini tahu kegelisahanku dan kebingunganku, maka dia menyarankan agar menginap di rumahnya. "Memang sering kok Dik, kejadian seperti ini, maklum terminal dekat desa lagi," katanya menenangkan. "Jadi harus bagaimana ini Pak," tanyaku. "Biasanya orang-orang di sini berjalan kaki kalau sudah kehabisan 'line'," jawabnya.

Oh, terkejut sekali aku, "BERJALAN" kata itu yang membuatku seperti disambar petir di siang bolong, padahal jarak antara terminal dan desa yang kutuju kira-kira kurang lebih 10 km. Mungkin dia tahu keterkejutanku, maka langsung saja dia menyambung jawabannya. "Tapi kalau Adik tidak keberatan, Adik boleh nginap di rumah saya, kebetulan saya sendirian dan tugas saya sampai jam 20:00 WIB," katanya, sampai menatap diriku mulai ujung rambut sampai ujung kaki dengan sangat teliti sekali. Oh, tatapannya menusuk ke jantung, pikirku, apalagi melihat lehernya yang berlipat-lipat. Oh, nikmatnya seandainya aku bergelanyut di leher itu sambil bersandar mesra pada dada yang bidang, karena setiap hari berolahraga. "Masak tidak ada kendaraan alternatif Pak, ojek misalnya," kataku. "Kalau Adik tidak percaya, tanya saja pada orang-orang di sekitar sini," jawabnya yang didahului senyum yang membuat angan fantastikku melayang kemana-mana. Memang setelah kutanya pada orang-orang di sekitar, tidak ada kendaraan alternatif kecuali jalan kaki. Haruskah aku bermalam di rumah orang yang meluluh-lantahkan hatiku, dengan pandangan pertamanya, pikirku. Mungkin sifatku yang paling aneh dan aku sendiri tidak mengerti ialah aku suka sama pria. Apalagi pria itu lebih tua dariku kira-kira 10 tahun dan juga aku tertarik pada pria yang berbulu walaupun pria itu jelek sekalipun, apalagi yang berbulu dada, langsung "he-eh" saja. Akhirnya tanpa pikir panjang lagi aku langsung mau saja menginap di rumahnya. Setelah berkenalan dan mengobrol ngalor-ngidul, tak terasa jam kerjanya habis kira-kira jam 20:00 WIB, kami berdua pun meninggalkan terminal itu menuju ke rumah Pak polisi yang bernama Pak Pram itu (bukan nama aslinya). Dengan kencang sekali dia menjoki sepeda motornya, mungkin karena jalanan sepi, padahal udaranya sangat dingin sekali, apalagi ditambah udara dingin yang disebabkan oleh kencang sepeda motor. Oh.. dingin sekali rasanya. Sampai akhirnya aku mendekapnya dari belakang dengan erat sekali, saking takutnya kujatuh dari sepeda motor. Dan tanpa kusadari aku menyenggol kemaluannya yang agak besar dan ternyata sudah menegang. Oh.. bak pucuk di ulam cinta pun tiba. "Lebih erat lagi Heru," pintanya. Maka tambah kueratkan dekapanku padanya. Oh, hangat sekali dan damai rasanya.

Sesampai di rumahnya, aku pun mandi dan ganti pakaian, begitu juga dengan Pak Pram, dia mandi dan ganti pakaian santai. Dan kami pun mengobrol sambil makan malam yang dibelinya di warung pinggir rumahnya yang masih buka. Sempat terkejut aku mendengarkan ceritanya, ternyata pria tampan dan macho yang berumur kira-kira 30 tahun itu belum kawin apalagi punya anak. Padahal kalau melihat ketampanan dan kegagahannya pasti tidak ada seorang cewek pun yang menolak untuk diperistrinya. "Kenapa Bapak lakukan semua itu?" tanyaku. "Entahlah Her, aku sendiri pun tidak tahu, yang jelas mulai dulu sampai sekarang saya kok tidak suka sama wanita, padahal sudah banyak lho gadis ataupun janda yang mau saya nikahi," katanya. "Tapi apa alasan Bapak kok sampai menjalani hidup kurang normal ini," kataku. "Jawabannya hanya tentram dan damai Heru, maksudnya, kalau kehidupan yang oleh sebagian besar orang dianggap tidak normal ini membawa kedamaian dan ketentraman, mengapa harus kita sesali dan kita takuti."

Tanpa kusadari dia menggenggam erat tanganku erat-erat, erat sekali, sangat erat. Oh, hangatnya genggaman Pak Pram ini. Setelah itu dia mengecup keningku, lalu pipiku mendapat giliran berikutnya, kemudian bibirku di terkamnya dengan buas sekali tapi membawa sejuta kenikmatan yang tiada tara, apalagi saat kumisnya menusuk kulitku dengan lembut. "Oh.." desahku sambil tanganku mengelus rambutnya yang agak tebal itu. Kemudian dengan sangat mesra sekali dia buka bajuku satu persatu, hingga tinggal CD saja yang kupakai. Setelah itu dia mengecup susuku dan disedotnya kuat-kuat. "Oh.. enaak," rintihku, apalagi saat lidahnya yang hangat itu menjilat-jilat putingku, diputar-putar seiring dengan bentuknya, kadang ke kiri kadang ke kanan. "Enaak.." erangku seiring dengan keluarnya prescum dari batang kemaluanku yang sudah menegang sejak tadi. Dan yang membuatku tidak kuat tatkala dia mencumbu perutku sembari tangannya membuka CD-ku dan meremas-remas buah zakarku. "Oh.. nikmatnya," pikirku. Rasanya tak ingin kuakhiri yang sangat dahsyat ini. Kumis yang agak tebal itu menelusuri lekuk-lekuk tubuhku yang sangat lembut sekali, karuan saja prescum-ku tambah banyak keluar, sedangkan tangannya memainkan batang kemaluanku yang sudah licin oleh prescum.

"Oh.. teruskan Pak," pintaku sambil mempreteli bajunya satu persatu, hingga dia tak tertutup oleh selembar benang pun. Wow, tubuhnya sangat menggairahkan, apalagi tubuh yang selalu olahraga tiap hari itu dadanya ditumbuhi bulu-bulu yang sangat lebat, walaupun perutnya agak besar tapi tidak mengurangi kegagahannya dan ke-macho-annya, malah membuatku tambah bergairah. Spontan saja kulabuhkan diriku di dadanya, kukecup puting susunya serta kuhisap kuat-kuat sembari kuremas-remas pantatnya yang juga banyak ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Kemudian kujilati ketiaknya yang juga banyak ditumbuhi bulu itu. Kurasaan bau khas maskulin yang makin menambah gairahku.
"Tunggu, Her!" katanya setelah melepaskan kulumannya.
"Ada apa Pak," tanyaku.
"Akan kubuat kau melayang ke langit 7," jawabnya sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, kemudian dia muncul dengan membawa gel di tangannya.
"Jangan Pak, aku tidak biasa," pintaku karena aku sudah tahu maksudnya.
"Aku pun dulu begitu Her, tapi lama-lama ketagihan juga, tenanglah dan rasakan saja," jawabnya tanpa beban sedikitpun. Kemudian tangan yang kekar itu mengelus-ngelus pantatku dengan lembut sekali. Dielusnya pantat itu dan dimanjakannya sehingga aku sangat terangsang, karena pantat itu daerah lemahku, aku dibuatnya terlena.

Di saat gairahku menggebu-gebu, kurasakan ada sesuatu yang menusuk anusku. "Oh.. sakit," rintihku. "Tahan Her!" bisiknya di telingaku, sambil memaju-mundurkan telunjuk yang sudah masuk tadi. Benar juga katanya barusan, bahwa enak juga diperlakukan seperti itu. Agaknya dia tahu kalau aku merasakan enak, kemudian dia menambah satu jari lagi sampai yang kurasakan ada tiga jari masuk dalam duburku. Sebenarnya lucu juga sih melihat wajahnya agak memerah karena didera oleh nafsu yang sangat memuncak, hingga akhirnya dia tidak kuat lagi, dia buka kakiku lebar-lebar agar dia mudah memasukkan rudalnya. Dengan sangat pelan sekali dia masukkan kemaluan yang agak besar kira-kira 20 cm itu hingga kemaluan yang agak besar itu masuk ke duburku semua. Memang pertama sakit, tapi rupanya dia tahu bagaimana cara menghilangkan itu menjadi sebuah kenikmatan yang tiada tara. Ditariknya kemaluan itu kemudian dia masukkan lagi dengan sangat perlahan dan hati-hati. Terus begitu, tarik-masuk, tarik-masuk sampai sakit yang mendera duburku hilang sama sekali berganti sejuta kenikmatan yang tiada tara. "Oh.. terus Pak," rintihku sambil mengocok kemaluanku sendiri dan menggoyang kemaluan Pak polisi ini.
"Oh.. Her ya begitu terus, terus goyang!"
"Begini Pak," sambil kupercepat goyanganku.
"Oh.. enaak terus, terus, terus," rintihnya setelah kemaluannya kupelintir dengan goyanganku.
"Oh.. sst.. sst.. sst.. enaak," erangnya sambil mempercepat genjotannya.
"Aku mau keluar Her."
"Aku juga Pak."
"Tambah goyangmu Her!"
"Begini Pak."
"Ya.. ya.. ya.. ya.." dan akhirnya..
"Crot.. crot.. croot.." dan kami pun keluar hampir bersamaan, nikmat sekali rasanya. Suatu kenikmatan yang tidak bisa dibeli di supermarket manapun dan malam itu betul-betul menjadi malam yang sangat indah buatku. Kami pun melakukan berulang kali dengan berbagai gaya dan pose.

Keesokan harinya aku diantar oleh Pak Pram ke rumah temanku. Sesampainya di sana kami pun disambut hangat oleh semua keluarganya. "Pak Pram, nanti jemput aku ya!"
"Jam berapa?"
"Sepulang tugas."
"Lho kok tidak nginap Her," sela Andi ketika aku ngobrol sama Pak Pram.
"Wah gimana ya Di, di rumah banyak urusan apalagi liburanku cuma satu minggu," bantahku.
Padahal sebelumnya aku berencana menginap di rumahnya Andi kira-kira 5 hari, tapi niat itu segera kubatalkan karena ingat permainan Pak Pram yang dahsyat itu.

Kira-kira jam 20:30 WIB Pak Pram menjemputku dan akhirnya aku menginap di rumah Pak Pram yang kuanggap sebagai cowokku sampai liburanku habis dan kami pun mengulangi permainan yang sangat dahsyat seperti kemarin malam.

Akhirnya setelah tamat SMU, dengan alasan yang macam-macam dan tidak masuk akal, aku pun melanjutkan kuliah di kota "S" dan aku tinggal bersama Pak Pram. Padahal universitas di kota "S" tidak ada yang favorit, tapi tak apalah pikirku, demi cintaku pada Pak Pram akan kukorbankan segala yang kumiliki baik jiwa maupun raga. Betapa bahagianya diriku saat itu, aku dianggap seperti istrinya dan dia kuanggap sebagai suamiku. Jadi urusan memasak, mencuci sampai menyiapkan makanan dan pakaian kerjanya, sepatunya aku yang mengerjakan semuanya. Tapi kebahagian yang kurasakan kira-kira 2 tahun itu sirna bahkan berbalik menjadi sengsara yang berkepanjangan, setelah Pak Pram meninggal dunia akibat kecelakaan yang dialaminya di jalan tol Gempol-Waru. Oh, mengapa semua ini terjadi.

Akhirnya untuk mengenang cintanya Pak Pram, kuputuskan untuk tetap tinggal di rumahnya yang kebetulan tidak ada ahli warisnya. "Adakah orang lain yang mau menjadi pengganti Pak Pram," lamunku, tatkala aku sendirian di kamar dimana biasanya kami memadu kasih. Padahal seandainya ada, akan kuserahkan seluruh cintaku serta jiwa dan ragaku padanya.

Tamat




Pahlawanku letnan kolonelku

0 comments

Temukan kami di Facebook
Cerita ini berawal ketika saya memberanikan diri menulis kisah saya yang pertama di 17Tahun, juga beberapa waktu yang silam. Mungkin pengalaman ini tidak banyak orang yang mengalaminya dan saya mungkin termasuk salah satu yang beruntung bisa mengalami 'experience' semacam ini. Ini adalah salah satu kejadian yang tidak akan mungkin saya lupakan seumur hidup saya.

*****

Sudah saya ceritakan sebelumnya di cerita saya beberapa waktu yang lalu bahwa saya adalah seorang biseks yang sangat, sangat dan sangat mengagumi sosok seorang polisi pada umumnya dan polisi Indonesia pada khususnya juga masing-masing yang berumur kurang lebih 30 tahunan ke atas. Saya sangat suka melihat polisi yang sudah jadi oom-oom, baik itu sedang berada di jalanan sedang rajin-rajinnya mengatur kemacetan lalu lintas ataupun yang ada di dalam kantoran seperti Polda Metro Jaya. Melihatnya saja dapat membuat libido saya naik memuncak sampai ke titik paling puncak dalam titik adrenalin dalam diri saya.

Ternyata pucuk dicinta ulam pun tiba, hari yang saya nanti-nantikan akhirnya tiba juga, tidak sia-sia saya menulis kisah dan cita-cita saya dalam salah satu rubrik 17Tahun.com. Begitu banyak mail balasan yang saya tidak sangka akan masuk dalam alamat mail saya, baik itu sanjungan, pujian, kritikan ataupun ejekan. Dengan tidak saya sangka ternyata ada salah satu anggota polisi yang berpangkat cukup tinggi yaitu seorang letnan kolonel yang merespon. Sebut saja namanya Eko (nama samaran) memberanikan diri untuk membalas hangat, memuji dan mengkritik tulisan saya di Uniform Mania. Setelah beberapa kali kami berbalas-balasan email dan saling berSMS ria dengan nomor HP kami masing-masing, kamipun berkenalan mengenai jati diri masing-masing akhirnya kami memutuskan untuk bertemu di kantor beliau pada waktu dan jam yang sudah kami sepakati bersama.

Saya menyadari berapa beruntungnya saya karena akhirnya saya bisa bertemu dengan salah satu sosok yang memang saya paling kagumi, dengan pangkat letkol lagi. Aaahh.. pada hari yang telah kami janjikan, maka pada hari itu juga saya segera memacu kendaraan saya untuk bisa sampai di Polda Metro Jaya. Waktu 1/2 jam bukanlah jarak jauh yang saya tempuh. Akhirnya sampai juga saya di polda pada hari yang indah ini, saya memarkirkan kendaraan di tempat yang memang sudah disediakan. Saya pun turun, menuju pintu masuk dan langsung mencari ruangan yang memang sudah disepakati untuk saling bertemu. Begitu banyak sang polisi gagah dan mature yang membangkitkan libido saya di tempat ini. Ah, alangkah bahagianya saya kalau Pak Eko termasuk salah satu diantara mereka. Akupun lalu berkhayal.

Dengan hitungan beberapa menit saja akhirnya saya sudah menemukan ruangan yang dimaksud, lalu saya mengetuk pintu. Setelah beberapa lama ada yang membukakan pintu, seorang polisi muda bernama Heru mendatangiku.
"Ingin mencari siapa, Pak?!"
"Oooh, maaf selamat pagi, Pak, saya mencari Bapak Eko!".
"Oh, Pak Eko, anda masuk aja lurus dan belok kanan, nah, Pak Eko sedang di ruangannya mungkin sedang online, tunggu saja di dalam".
Dan sayapun berterima kasih dan menuju langsung tempat yang ditunjuk oleh Pak Heru.

Ternyata tidak dapat disangka, sosok Pak Eko begitu gagah, mature dan benar-benar 90% masuk dalam kategori yang saya kagumi. Dengan sosok kurang lebih 75 kg dan tinggi 175 cm, Pak Eko kelihatan begitu sempurna dalam seragam polisinya. Wah, asyik nih, pikirku.
"Selamat pagi, Pak! Apakah Bapak yang bernama Pak Eko?", tanyaku pura-pura, padahal saya sudah membaca nama yang ada dalam papan nama di dada sebelah kanannya.
"Betul, saya Pak Eko", jawabnya.
"Mari silahkan duduk!", lanjutnya.
Tanpa banyak waktu beliau langsung berdiri dan mengunci ruangan tersebut yang memang ternyata ruangan tempat kerjanya.
"Apa kabar, Dik?!", tanyanya memberi salam.
"Gimana perasaan anda setelah bertemu saya?", tanyanya lagi.
Sayapun menjawab dengan malu, "Tidak disangka Pak, benar-benar 90% sesuai dengan yang saya bayangkan, Pak?!"
"Masa sih? Terus kita mau ngapain nih?", lanjutnya tertawa kecil.
"Terserah Bapak saja, saya sudah pasrah!", kataku.

Tanpa basa basi Pak Eko langsung menarik saya untuk berdiri dan mulai memegang batang kemaluan saya dari luar yang memang sudah keras dari tadi. Wah alangkah nikmatnya, bau harum aroma kejantanan seorang polisi tercium oleh salah satu pancaindera saya. Cukup untuk mendorong adrenalin saya sampai ke puncaknya. Seragamnya yang menempel ketat, membuat saya berkhayal sampai ke awang-awang. Dia pun mendorong saya ke pojok sambil tangannya membuka kemeja saya satu persatu sampai telanjang dada. Dia mulai menciumi bibir saya dan menjilati puting saya sampai saya menggelinjang. Tangan yang kekar dan sedikit berbulu itu membuat saya menimati setiap sentuhan yang diberikan kepada saya. Dengan cepat ia membuka tali pinggang dan celana panjang saya hingga akhirnya tinggal CD saya berwarna putih ditinggalkannya. Sayapun mulai memegang-megang kemaluannya yang memang sudah keras dari juga tadi.

Saya pun memberanikan diri ingin membuka tali pinggang dan celananya. Pak Eko kelihatannya keberatan.
Ia pun berkata sambil tersenyum, "Terus terang, Dik, ini pengalaman pertama saya ingin bercinta dengan laki-laki. Sudah lama saya mendambakan ada seorang laki-laki yang ingin saya perkosa seperti ini".
"Adik tidak keberatan kan? Dan Adik tidak perlu membuat saya keluar, tapi saya akan membuat Adik merasakan apa yang seperti Om Peter lakukan kepada Adik!", katanya.
"Wah enaknya, ternyata Pak Eko mengerti kemauanku", pikirku dalam hati.
Saya pun tidak berani membuka celananya, tapi saya membuka kancing kemejanya dua sampai tiga buah, didalamnya ternyata ia mengenakan singlet ketat yang membuat libido saya kembali memuncak. Betapa sempurnanya sosok ini karena saya memang mendambakan yang seperti ini, aah.. beruntungnya saya.

Lalu dengan kaget saya mendengar bunyi "krik krik", yang ternyata itu adalah bunyi borgol yang mengunci kedua tangan saya di belakang.
"Lho kok saya diborgol, Pak?", tanyaku bingung.
"Tenang saja, pokoknya Adik akan kembali mengalami melayang ke langit ke-7!", jawabnya.
"Wah, Pak Eko ternyata begitu menghapal semua kata-kata yang ada di cerita pertamaku beberapa waktu yang lalu", pikirku. Saya pun menurut, akhirnya saya dibaringkan di meja kerjanya, dibukanya CD putihku perlahan-lahan lalu dioralnya aku, aah.. enak sekali rasanya setelah sekian lama tidak merasakan pijatan lembut nan hangat. Sayapun kembali menggelinjang kesana kemari.

Ciuman-ciuman lembut disertai goncangan tangan yang kasar membuat rasa sakit berubah menjadi nikmat. Semua cara ia keluarkan untuk mungkin kembali mengenang Om Peter yang menurutnya mungkin dapat memuaskan diri saya. Dengan ganasnya Pak Eko kadang mengoral kadang mengocok perlahan mengocok kencang membuat Pak Eko kelihatannya tidak tahan menyalurkan rangsangannya dan dengan tanpa basa basi dan cepat ia membuka sendiri tali pinggang dan seragam celana panjangnya beserta CD coklatnya. Wow, kelihatan begitu besar dan hitam kemaluan Bapak letkol ini karena sudah memuncak pada taraf maksimal. Dia pun langsung menyuruh saya jongkok dan menyodorkan kemaluannya kemulutku. Dengan tanpa basa basi akupun mengoral dengan penuh semangat. "Aah aah, enak, Dik, teruskan, teruskan, enak, enak sekali, Bapak sudah tidak tahan lagi, teruss teruss", desahnya.

Dengan tangan terikat ke belakang lebih susah saya mengoralnya, tapi kemudian Pak Eko pun mengerti dan ia memegang kemaluannya tegak agar saya bisa lebih leluasa mengoral. Sayapun dengan rasa tidak jijik karena ini pertama kalinya saya mengoral, sebab dengan Om Peter, beliau tidak mau diapa-apakan. Dia bilang punya cara tersendiri untuk mengeluarkannya. Betapa mengagumkan sosok seorang polisi ini pikirku, aku memandang ke atas melihat gagahnya sosok berseragam setengah ini sambil mendengarkan desahan kejantanan sang letnan.

"Saya mau keluar, Dik, saya mau keluar!"
Lalu saya pun kembali menggenjot isapan mulut saya dengan kencang, mengeluarkannya ke arah wajah saya dan akhirnya lava putih yang hangat memuncrat di wajah saya, begitu lembut rasanya. Dengan tiba-tiba dia menarik saya berdiri dan gantian dia mengoral saya sampai akhirnya saya pun tidak tahan.
"Pak, saya mau keluar juga nih!", kataku.
"Iya keluarin aja, Bapak siap!", katanya.
Tanpa banyak waktu akupun merasakan ada arus deras yang akan keluar dari dalam dan akhirnya aku pun menyemprotkan lava putih, tapi kelihatannya Pak Eko tidak melepaskan mulutnya dari kemaluanku. Semua lavaku ditelannya mentah-mentah, akupun kembali menggelinjang karena nikmatnya.
"Aaah.. terima kasih Pak Eko", kataku.
"Air manimu benar-benar nikmat, Dik! Baru kali ini Bapak merasakan yang enak kayak gini", katanya.
"Masa sih, Pak?!", tanyaku.
"Benar, Dik!", jawabnya. Dia pun membersihkan wajahku yang masih penuh dengan lavanya dengan tissue sampa bersih.

Dengan cepat pula ia memakai kembali lengkap seragam polisinya dengan rapi dan teratur tentu saja tidak lupa membukakan tangan saya dari borgol miliknya.
"Terima kasih ya, Dik telah membuat Bapak senang! Bapak juga tidak mau sembarangan berhubungan seperti, hanya saja setelah beberapa kali kita berkomunikasi baik email atau handphone kelihatannya anda dapat saya percaya", katanya.
"Sama sama Pak, saya juga senang sekali bisa berkenalan dan berhubungan dengan seorang letkol seperti Bapak!".

Kami pun mengobrol dan akhirnya makin siang makin banyak perwira polisi yang masuk keluar ke ruangan miliknya itu. Saya pun dengan puas memandangi pemandangan menakjubkan ini, saya tidak perduli orang lain mau bilang apa, tapi memang suka sekali berada di tempat seperti ini. Sungguh beruntungnya aku hari ini. Tidak berapa lama akhirnya saya pun permisi untuk pamit dan berjanji untuk saling berkomunikasi lagi baik lewat email ataupun handphone. Begitulah pengalaman menakjubkan yang terjadi hari itu di Polda Metro Jaya.

*****

Terima kasih Bapak letnan kolonel Eko yang akhirnya saya mengetahui bahwa ia ternyata sudah memiliki 2 anak seumuran saya. Maklumlah umurnya hampir setengah abad. Ternyata memiliki sifat biseks memang merupakan anugerah yang harus kita terima bukan kita hina. Pengalaman ini adalah pengalaman yang membahagiakan dalam hidup saya, akhirnya cita-cita saya terkabul, meskipun mungkin nan jauh disana masih ada sosok yang mungkin akan menjadi 100% dalam fantasi saya, mudah-mudahan. Terima kasih Rumah Seks.

Tamat




Pacarku adalah adik pacarku

0 comments

Temukan kami di Facebook
Namaku Surya, seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Aku anak kedua dari tiga bersaudara, dan ketiganya laki-laki, jadi mama adalah orang yang paling cantik di rumah. Sejak duduk di bangku SMA aku mempunyai perasaan kalau aku senang dengan laki-laki alias sesama jenis. Jantungku sering berdetak kencang jika sedang berada di dekat cowok yang cakep dan berbodi bagus, sedang dengan perempuan aku lebih bersikap biasa saja kadang terkesan dingin.

Saat ini aku sudah mempunyai seorang pacar, adik kelasku yang kukenal saat OSPEK, tapi perasaanku padanya berbeda dengan perasaanku pada laki-laki, aku sering merasa bergairah jika bersentuhan dengan laki-laki yang keren tapi dengan pacarku aku merasa biasa-biasa saja. Jadi jika harus jujur, aku lebih menyukai adik pacarku yang bernama Iwan, yang masih duduk dibangku SMU. Aku sering membayangkan bercumbu dengan Iwan. Pacarku sering merasa aneh jika diantara kami ada Iwan sehingga untuk menghilangkan kecurigaan pacarku aku sering mencumbunya dan kami pernah melakukan hubungan badan, saat itu aku merasa sangat bergairah saat melakukannya karena aku membayangkan sedang melakukannya dengan adiknya yang cukup keren. Pacarku sangat menikmatinya dan sejak saat itu kami sering melakukannya, tapi pacarku lebih agresif dan agar tidak mengecewakannya aku melayaninya tapi pikiranku tetap membayangkan kalau aku sedang melakukannya dengan laki-laki, terutama dengan adiknya, Iwan.

Selang beberapa bulan hubungan kami, pacarku harus pindah dan ikut dengan orang tuanya pindah ke Batam, jadi kami harus berpisah untuk jangka waktu yang cukup lama. Karena dia masih tingkat pertama jadi tidak masalah untuk pindah sekolah, tapi adik laki-lakinya yang sudah kelas 3 tidak mau ikut pindah, karena dia merasa kesulitan jika harus ikut pindah dan menyesuaikan diri lagi karena ujian sudah semakin dekat. Sehingga kutawarkan kepada orang tuanya agar Iwan tetap tinggal di Jakarta dan baru menyusul ke Batam setelah lulus, dan untuk sementara dia bisa tinggal bersamaku karena kamar kostku yang cukup luas karena sebenarnya kamarku disewakan untuk dua orang tetapi agar lebih bebas aku menyewanya sendiri, sehingga tidak masalah jika Iwan tinggal bersamaku. Akhirnya orang tua pacarku setuju begitu juga dengan Iwan bahkan dia merasa senang karena ada yang bisa mengajarinya jika mengalami kesulitan belajar dan tidak harus ikut pindah ke Batam.

Seminggu berlalu sejak kepindahan pacarku dan orang tuanya ke Batam, aku dan Iwan semakin akrab. Aku menyayangi dan memanjakannya seperti aku menyayangi dan memanjakan pacarku sendiri, tapi Iwan masih belum menyadarinya. Kami tidur seranjang, dan kadang kalau Iwan sudah tertidur lelap aku lalu bangun dan memandangi wajah dan tubuhnya yang seksi karena kebetulan jika tidur kami hanya mengenakan celana pendek dan kaos saja. Dan kadang tanpa diketahuinya aku sering melakukan onani sambil melihat tubuhnya dan kadang kubelai wajah dan kucium bibirnya serta pipinya, selain itu aku juga sering membelai penisnya, tapi tetap berusaha untuk tidak mengejutkannya. Aku melakukan onani di pinggir tempat tidur, sehingga jika aku keluar, maniku sering mengotori lantai dan buru-buru kubersihkan dengan tisu.

Suatu hari saat aku sedang nonton VCD porno dan kebetulan saat itu aku sedang nonton VCD yang isinya cowok semua, Iwan pulang tanpa mengetuk pintu dulu sehingga aku cukup kaget dan tidak sempat mematikan VCD.
"Ih Mas Surya kok nonton yang kayak gituan, itu kan yang main cowok semua Mas."
"Iya nich Wan aku salah pinjem, tapi tanggung dari pada uangku sia-sia kau tonton aja itung-itung hiburan."
Iwan cuma tertawa mendengarnya, kemudian dia ganti baju dan sambil makan siang dia ikut nonton di sebelahku. Sepertinya dia terangsang, begitu juga aku, rasanya ingin sekali aku melakukannya dengan Iwan, tapi aku takut kalau dia marah dan menyebabkan timbul masalah yang aku sendiri tidak berani memikirkannya, jadi kutahan gairahku. Selesai noton film, aku langsung onani di kamar mandi, rasanya sangat nikmat sekali, seolah-olah aku melakukannya dengan Iwan.

Malam harinya, aku pura-pura tidur, dan kulihat Iwan sedang nonton VCD yang kupinjam tadi. Kulihat dia menggosok-gosokan tangannya ke penisnya, aku jadi ikut terangsang karenanya. Setelah mematikan VCD Player dia beranjak ke kamar mandi, cukup lama dia baru keluar, pastilah dia melakukan onani di dalam sana. Saat dia rebahan di sampingku, aku pura-pura mengigau memanggil-manggil nama kakaknya. Aku memeluknya dan menciumnya, Iwan sedikit terkejut terutama saat aku mencium bibirnya ternyata dia membalas ciumanku, aku meremas-remas dadanya dan kucium bibir dan lehernya sambil tetap terpejam. Penisku sudah mengeras sejak tadi dan kurasakan penis Iwan juga ikut mengeras. Aku langsung menindihnya sambil tetap menciuminya. Kemudian kugesekkan penisku ke penisnya dan kami masih tetap memakai celana. Aku terus menciuminya dan meremas-remas dadanya sambil tetap mengesekkan penisku di atas celananya, sampai akhirnya aku keluar, begitu juga Iwan, dia sangat menikmati apa yang kulakukan. Kemudian aku kembali ke tempatku dan saat aku pura-pura mencari selimut kurasakan celana Iwan basah dan celanaku juga. Aku tertidur lelap sampai pagi harinya. Saat bangun kulihat sikap Iwan sedikit berbeda, tapi aku tidak ambil pusing, aku langsung pergi kuliah.

Malam harinya aku sudah hampir tertidur lelap, saat kurasakan Iwan memeluk tubuhku dan mencium bibirku, aku terkejut tapi sekaligus sangat senang, dan saat dia mulai meraba ke bagian kejantananku aku pura-pura terbangun, "Eh lagi ngapain kamu Wan."
Iwan kelihatannya sangat terkejut, dia cuma menundukkan wajahnya dan saat kupegang pundaknya, dia gemetaran mungkin dia takut aku memarahinya.
"Maaf Mas Surya, Iwan cuma eh cuma.."
"Cuma apa Wan.. kamu pengen ya?"
Iwan masih tetap diam dan menundukkan wajahnya, aku merasa sudah terangsang oleh sentuhan dan ciuman yang diberikan oleh Iwan barusan. Lalu aku mengangkat wajahnya.
"Maaf Mas Surya.. Iwan janji nggak akan mengulanginya lagi."
Iwan menangis ketakutan, aku menjadi kasihan, lalu aku mendekatkan wajahku ke wajahnya dan kucium bibirnya, Iwan kelihatannya terkejut.
"Nggak pa-pa Wan, Mas juga suka sama kamu kok, kalau kamu mau kita bisa melakukannya."

Kucium lagi bibirnya, Iwan membalas ciumanku. Kami saling melumat satu sama lain. Kemudian kubuka kaosku dan kusuruh Iwan juga membuka kaosnya, terlihat badan Iwan cukup bagus, dadanya bidang dan berwarna putih bersih dan ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus. Kami kembali berciuman, kemudian kudorong tubuh Iwan dan kujilati leher dan dadanya. Putingnya kugigit perlahan-lahan, tubuh Iwan cuma bisa menggelinjang kegelian sambil mendesah, "Geli Mas, tapi terusin aja enak kok Mas."
Aku terus mencium dadanya, kemudian turun ke pusarnya dan kugigit serta kuhisap pusarnya.
"Akh.. Mas Surya enak.. terus Mas."
Lalu dengan terburu-buru kubuka celananya, sampai ke lututnya saja. Penisnya sudah tegak cukup besar untuk anak seusianya dan sudah sedikit lebat oleh bulu-bulu. Aku lalu mencium kepala penisnya dan kemudian aku melumatnya dan kuhisap kepala penisnya sambil tanganku mengocok batangnya.

"Akh.. enak Mas akh.. terus Mas akh.."
Kadang kukulum bolanya dan kadang kujilati duburnya persis seperti yang kulihat di film porno kemarin. Kemudian aku menjilati dan mengulum penisnya. Aku terus menghisapnya dan jari tanganku masuk ke dalam duburnya dan mengocok di dalam sana. Kumasukkan, mula-mula satu jari kemudian dua jari. Tanganku terus mengocok duburnya dan mulutku sibuk menghisap penisnya. "Akh.. Mas Surya.. terus Mas enak.. Akh Mas, Iwan mau keluar Mas.." Pantatnya ikut naik, tangannya memegang kepalaku dan menekannya ke penisnya, di dalam mulutku kurasakan ada semburan hangat dari penisnya masuk langsung ke dalam kerongkonganku dan aku hampir tersendak dibuatnya karena penisnya masuk cukup dalam di mulutku. Aku menjilatinya sampai penisnya kelihatan mengkilat sambil tanganku terus mengocok duburnya.

Kemudian dengan bernafsu Iwan mendorong tubuhku, sambil menindih tubuhku dia mencium bibirku kemudian turun mencium dadaku. Tanpa disuruh dia langsung membuka celanaku dan melemparkannya di lantai. Iwan lalu mulai mengulum penisku dan menghisapnya, "Yeah akh.. enak Wan terus akh.."Iwan terus menghisap penisku seperti orang yang sedang kehausan, dia sangat bersemangat sekali. Aku menggerakkan pantatku mengikuti hisapan mulut Iwan. "Akh.. terus Wan enak sekali, akh.."Iwan terus mengulum dan menghisap penisku, sampai beberapa saat kemudian kurasakan aku seperti melayang dan dari penisku ada sesuatu yang mendesak dan ingin keluar. "Aakh.. Mas keluar, Wan akhh.." dan, "Crott.. crott.. crott.." kusemburkan maniku di mulutnya, Iwan menelannya dan terus menghisap penisku. Kami merasakan kenikmatan yang luar biasa, kami lalu berciuman dan tidur berpelukan sampai pagi.

Pagi-pagi kami bangun hampir bersamaan, saat Iwan akan berdiri kutarik tangannya dan kucium bibirnya. Iwan membalasnya.
"Sayang kamu nggak usah sekolah dulu deh, soalnya Mas masih pengen deket sama kamu."
"Iya deh Mas, tapi Iwan mau mandi dulu ya, atau Mas mau dimandiin sama Iwan."
Aku cuma tertawa lalu kuikuti dia masuk ke kamar mandi dan kami mandi bersama. Kami saling menyabuni badan masing-masing.
"Bodi Mas oke banget, Mas main lagi yuk?"
Aku cuma tersenyum, lalu aku mendekatinya dan kucium bibirnya, aku mengocok penisnya dengan sabun. Aku kembali menciumnya dan kemudian aku turun ke penisnya, kubersihkan dengan air dan mulai kuhisap penisnya.

"Enak Mas.. akh terus Mas."
Lalu aku menjilati duburnya, Iwan kegelian saat aku menjilati duburnya.
"Wan, Mas boleh nyobain masuk ke dalam nggak, soalnya Mas udah lama penasaran pengen tau rasanya."
Iwan mengangguk sambil tersenyum. Kemudian kubasahi tanganku dengan sabun cair lalu kumasukkan tanganku ke duburnya sampai kedua jariku masuk semua.
"Mas ayo masukin aja, Iwan juga penasarn dan udah nggak tahan nih Mas."
Aku lalu mengolesi penisku dengan sabun cair, cukup banyak sabun yang kuoleskan. Kemudian aku mengarahkan penisku ke duburnya dan menekan perlahan.

"Ssstt.. pelan-pelan Mas, aduh akhh.."
Sampai akhirnya penisku masuk semua di duburnya, rasanya sungguh nikmat. Penisku dijepit sangat kuat oleh duburnya, kudiamkan penisku beberapa saat kemudian setelah kurasakan jepitan di penisku sedikit melonggar aku mulai memompa penisku dengan cepat, aku dan Iwan hanya bisa mengerang dan mendesah nikmat. Aku kocok terus penisku di dubur Iwan. Iwan pun tidak mau diam, dia mengocok penisnya dengan sabun.

"Mas.. Iwan keluar Mas, akh.."
Iwan menyemprotkan maninya sampai muncrat ke tembok, pijatan di penisku terasa menguat, tekanan kukurangi, setelah beberapa saat aku mulai bergerak lagi. Iwan berpegangan di bak mandi dan aku mengocok penisku sambil memeluk tubuhnya dan meremas dadanya. Beberapa menit kemudian..

"Akh.. Wan, Mas mau keluar akh.. enak sekali Wan.. sshh.." Kupercepat gerakanku dan saat maniku menyembur di dalam duburnya, kutekan dan kumasukan penisku sedalam-dalamnya,"Akh.. Mas Surya enak sekali semprotan, Mas." Aku terengah-engah dibuatnya, setelah napasku mulai teratur, kucabut penisku dari duburnya, sedikit terasa lengket dan nikmat saat kucabut dari duburnya.
"Wan, Mas suka sama kamu."
"Akh Mas Surya.. Iwan juga. Eh Mas, Iwan juga mau dong kayak tadi gantian ya Mas ya."
Hari itu baik Iwan maupun aku membolos dan kami melakukannya berkali-kali. Aku menyukai Iwan dan begitu sebaliknya, diluar kami seperti kakak-adik dan didalam kami lebih seperti suami istri yang saling mencintai.

Tamat




Pacar keduaku

0 comments

Temukan kami di Facebook
Cerita ini merupakan kisah nyata dan terjadi dengan diriku. Namaku Doni, aku kuliah di salah satu universitas terkenal di Bandung. Aku punya pacar yang tentunya cewek cukup banyak, tapi aku tidak pernah selingkuh sebelumnya. Aku lumayan sering ganti-ganti pacar, bahkan berhubungan badan dengan sebagian besar pacarku (cewek) sebelumnya.

Kejadian ini terjadi sekitar 2 bulan lalu, tepatnya di bulan September, satu hari sebelum keberangkatanku ke Jerman untuk melanjutkan kuliahku. Malam itu, aku merayakan acara perpisahan kecil-kecilan di salah satu cafe terkenal di Bandung. Kami hanya berempat termasuk Javi, Toni dan Leo teman karibku serta aku sendiri. Selama di cafe kami hanya bersenang-senang dan aku tidak ada pikiran sama sekali ini semua terjadi akan dengan Javi.

Javi baru kukenal 2 bulan terakhir dari Toni yang merupakan teman akrabku di kampus. Dan selama ini aku hanya sekedar teman biasa dengannya, dan kebetulan saja malam itu Javi sedang berada di rumah Toni. Javi kelihatan sangat lelaki sama seperti aku dan tidak ada sama sekali tampang suka sesama jenis. Javi, jujur aku akui dia itu ganteng dan punya badan bagus. Dia itu keturunan Pakistan dan ibunya Sunda. Wajahnya mirip Thomas Djorghi, tapi lebih sedikit hitam dan macho tentunya. Dia mahasiswa tingkat akhir salah satu kampus parawisata di Bandung. Ukuran badannya sekitar 175/73, dan dia sempat aktif di dunia model di Jakarta, tapi kurang begitu berhasil. Alasannya karena terbentur dengan deadline tugas akhir kuliahnya yang sudah terlambat.

Waktu saat itu menunjukkan tepat jam 1 pagi, dan aku harus pulang, sebab besok siang aku harus ke Jakarta untuk berangkat penerbangan malam. Jadi kami berempat pun kembali, dan kebetulan Javi satu mobil denganku. Dengan alasan sudah kemalaman dan dia lupa membawa kunci pagar rumah kost-nya, akhirnya Javi tidur di rumahku, sedangkan Toni dan Leo balik ke rumahnya. Pikirku saat itu, untung ada teman ngobrol buat tidur. Selama di mobil kami saling cerita tentang pacar kami, dan rencana ke depan. Katanya dia ingin jalan-jalan ke Malaysia akhir tahun.

Sampai di rumah, kebetulan ada acara MTV Unplugged, dan bintangnya Goerge Michael. Di sini semua mulai terjadi. Javi mengatakan bahwa GM seorang gay, dan aku pun tahu tentang itu. Dia lalu mengatakan bahwa dia juga gay. Terus terang aku terkejut sekali. Tapi tanpa sadar aku tenang saja waktu itu. Terus terang aku kagum dan suka melihat tubuh cowok macho, karena aku juga ingin seperti itu. Kayanya benih gay aku ada, tapi aku tidak menyadarinya.

Lalu Javi menanyakan, "Apakah kamu pernah suka sama cowok atau bercinta sama cowok sebelumnya..?"
Aku langsung mengatakan, "Tidak."
Lalu dia mengatakan, "Mau coba ngga..?"
Aku terdiam. Sebagian diriku bilang tidak, tapi juga ada bagian diriku yang mengatakan, "Coba saja, kan ngga ada salahnya."

Sekali lagi, aku memang suka sama Javi, tapi secara fisik bukan untuk ke hati. Sekitar 10 menit suasana waktu itu hening. Javi salah tingkah, dan aku masih bingung.
Tiba-tiba adrenalinku secara refleks mendorongku untuk berkata, "Ya, aku mau..!"
Javi meyakinkan lagi akan keputusanku, kubilang kalau aku sudah yakin dengan keputusanku.

Lalu Javi memelukku dari belakang dengan hangat, aku jadi ingat seperti aku memeluk cewekku Tania. Diciumnya leherku, dijilatinya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Lalu digigitnya kuping serta lidahnya bermain di kelopak kupingku. Geli sekali rasanya dan aku semakin terbuai dalam permainannya. Lidahnya sungguh lembut di telingaku, seperti daging hangat yang bermain lincah.

Javi membuka bajuku satu persatu hingga hanya celana dalam yang tertinggal di tubuhku. Lalu Javi berhadapan di depanku, dan membelai tubuhku yang sudah setengah bugil. Dia menciumi dan menjilati tubuhku yang katanya putih bersih, dan yang paling kusuka adalah waktu dia bermain di sekitar putingku, dijilat dan digigit-gigit mesra. Ough.., aku suka sekali. Terus terang aku benar-benar melayang saat itu. Dia semakin turun ke bawah dan kurasakan ada sesuatu yang bermain di luar celana dalamku dan terasa hangat dan basah.

Javi ternyata seorang 'good lover', dia lebih mementingkan kualitas permainan dari pada hanya sekedar memuaskan nafsu saja. Cukup lama Javi menjilati dengan lembut seluruh tubuhku dan memanjakan pikiranku. Fore play yang dilakukan Javi terhadapku sangat menyenangkan dan akan selalu kuingat. Tanpa kusadari aku pun berusaha membuka pakaian Javi satu persatu hingga hanya celana dalam yang tertinggal. Dan aku melihat pemandangan yang cukup indah, yaitu tubuh bagus dari seorang pria tampan.

Javi memiliki bulu dada yang lebat tapi halus merata di seluruh bidang dadanya, bahkan bulunya hingga ke belahan paha yang tentunya sungguh indah. Tapi di antara itu semua yang menjadi perhatian utamaku tentunya benda kecil yang tersembunyi di balik celana dalam birunya. Ternyata batang kejantanan Javi cukup besar dan lebih besar dari punyaku. Aku pun semakin menggila dan gantian menjilati seluruh tubuh Javi, dan ternyata aku cukup lancar melakukan itu semua.

Aku begitu senang berciuman dengan Javi, dan aku belum pernah merasa sepuas ini berciuman dengan seseorang. Javi memang seorang 'good kisser' dan aku dapat mengimbanginya. Kami berdua cukup lama melakukan foreplay saat itu. Kalau masih dapat kuingat, kami melakukan foreplay lebih dari 2 jam. Karena kami tahu, ejakulasi hanya tujuan sesaat yang cepat menghilang. Javi membuka celana dalamku secara perlahan dan dia perlahan menjilati batang kejantananku yang ukurannya sekitar 15 cm, lalu di hisapnya. Oughk, indah dunia ini kurasakan. Lalu dia menjilatinya dengan penuh nafsu hingga lubang pantatku pun tidak luput dari jilatan lidahnya yang hangat.

Permainan Javi memang dahsyat dan tidak kalah dengan permainan Tania, pacarku yang tentunya cewek. Cukup lama Javi menjilati penis dan lubang pantatku. Aku menikmati permainan ini hingga saat aku mencapai klimaks kepuasan. Ohh.., spermaku muncrat di mulut Javi dan dia menyenanginya, bahkan dihisapnya habis sperma hingga aku kegelian menahan lidah nakalnya di penisku.

Dengan sisa tenaga aku terkulai lemas di ranjang dan berpelukan mesra dengan Javi.
Lalu Javi berkata, "Kamu senang, Don..?"
"Oh, rasanya bahkan lebih dahsyat dari yang aku rasakan sama pacar cewekku sebelumnya. Kamu memang hebat, Javi." kataku.
Kami bercumbu lagi dengan mesra dan Javi tidak memaksaku untuk memuaskannya, karena dia melakukannya dengan rasa sayang dan suka kepadaku.

Tiba-tiba Javi mengatakan, "Sayang, kamu suka ngga sama aku..?"
Terus terang aku bingung dengan perkataan sayang dari seorang cowok macho, dan aku belum terbiasa dengan perkataan itu.
"Kamu mau ngga jadi pacarku..?" kata Javi.
Kukatakan ini bukan saat yang tepat untuk mengatakannya. Aku memang bukan orang yang sentimentil, tapi ini baru yang pertama bagiku.

Jadi jawabku, "Javi, kita sahabatan aja, kamu taukan aku masih punya pacar si Tania, dan aku cinta sama dia. Tapi terus terang aku sayang banget sama kamu. Walau kita belum lama kenalan, tapi aku yakin dengan perasaan ini. Lagi pula aku kan besok harus pergi ke Jerman. Dan akan menjadi sengsara bagi kita berdua bila kita mempunyai ikatan. Kamu dan aku tidak bisa saling percaya begitu saja. Lebih baik kamu jaga diri kamu di sini dan perasaanmu, begitu juga aku, akan selalu berusaha menjaga perasaan ini dan akan tetap ingat saat-saat indah ini. Jadi lebih baik kita bersahabat aja, walaupun aku pingin selalu berdua denganmu seperti orang pacaran. Oke, sayang..?" Javi pun setuju denganku.

Melihat perasaan Javi yang begitu dalam denganku, aku semakin erat memeluk dirinya dan dia pun membalasnya. Lalu kulepaskan pelukanku dan mendorong tubuhnya ke ranjang.
"Sekarang giliranku, Sayang..!" perintahku kepada Javi.
Aku sekarang berada di atas tubuh Javi. Kulakukan semua yang telah dilakukan Javi kepadaku sebelumnya. Aku melakukannya dengan perasaan yang senang dan nafsu cinta. Ternyata batang kejantanan Javi cukup tegar bertahan. Dan penisnya cukup nikmat rasanya di mulut dan lidahku.

Ohh.., aku sangat bernafsu menjilat batang kejantannya. Cukup lama aku menjilati penis Javi, dan kemudian Javi mengangkat kedua kakinya ke atas dan memperlihatkan lubang pantatnya.
"Sayang, masukkan barangmu ke sini, cepatlah, Honey..!" Javi berkata kepadaku setengah memerintah.
Terus terang aku sempat ragu, karena belum pernah melakukannya serta resiko yang mungkin terjadi. Tapi gelora nafsuku begitu tinggi, dan akhirnya, "Oughh.. enak, Sayang..!" jerit Javi.
Kurasakan sedotan kuat di penisku dengan lubang yang sempit. Kumainkan sebisa mungkin penisku di lubang surga Javi dan Javi pun mengerang keenakan.

Tiba-tiba Javi menjerit, "Sayang, ak.. aku mauu keluar.., ohh enak, Sayang..!"
Curahan sperma Javi terburai di dadanya yang bidang, dan tanganku mengolesi badannya dengan sperma itu, sementara pantatku masih tetap tegar bergoyang menuju puncaknya.
Dan pada akhirnya, "Javi, aku juga mau keluaarr.., Sayang.. ohh..!" kataku.
"Keluarkan di mukaku, Sayang..!" perintah Javi.

Akhirnya kukeluarkan spermaku di badan dan wajah Javi. Aku pun terkulai lemas di atas tubuh Javi. Kami saling berpelukan dan beciuman. Aku merasakan sesuatu yang licin seperti gel di tubuhku yang begitu enak dan juga rasa spermaku yang ternyata nikmat, kenyal dan hangat. Lalu kami bercumbu lagi hingga pagi subuh jam 5.30. Aku ingat, aku klimaks hingga 3 kali dan Javi 2 kali.

Dan yang akan selalu kuingat adalah saat itu adalah pertama kali aku bercinta dengan seorang pria dan aku merasa jatuh cinta dengan seorang pria bernama Javi, dan Javi pun mencaintaiku. Jadi besoknya, aku bersama keluarga, teman-temanku, pacarku Tania dan tentunya Javi, pergi mengantarkan keberangkatanku ke bandara Soekarno-Hatta. Aku merasa tidak rela pergi meninggalkan kenangan indah terakhir saat aku berdua dengan Javi.

Hingga sekarang, dari Jerman, setelah aku menelepon Tania di Bandung, aku pasti menelepon Javi, pacar keduaku dan kekasih jiwaku. Cerita ini nyata adanya, dan semoga Javi membaca ceritaku ini, sebagai tanda rasa sayangku denganmu, Javi. Terus terang, ketika mengetik cerita ini, aku kembali teringat saat terakhir bertemu dengan Javi dan menginginkan moment itu kembali terjadi secepatnya.

Tamat




Ojek payung

0 comments

Temukan kami di Facebook
Sore itu hujan turun dengan derasnya dan seperti biasa aku tidak melewatkan hal itu, disamping aku sekali hujan-hujanan, aku juga mengharapkan sekali uang dari para pelanggan-pelanggan yang mau mengojek payungku.

Kebanyakan yang menggunakan jasa ojek payung adalah para orang kantoran. Saat aku sampai di jalan besar keadaan sudah mulai sepi namun hujan masih turun. Pada saat aku sedang duduk di bawah rindangnya pohon dekat biasa aku berdiri menanti para pengguna jasa ojek payung tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara;
" Dik, payungnya diojekin nggak?" tanya si pemuda tadi
" eh..iya Bang ". jawab ku sambil mendongakkan kepala yang memang pada saat itu aku memakai topi.

Aku menelan ludah manakala yang kulihat seorang pria berwajah tampan dengan rambut berpotongan pendek berdiri dihadapan ku yang lebih aku tambah tertarik lagi manakala ku pandangi tubuhnya yang besar dan kekar terbalut kaus yang ketat sehingga menampakkan puting susunya yang menonjol dan dengan perut yang tampak rata terlebih lagi ketika aku memandang bagian bawah perutnya yang terbungkus celana jeans nampak sekali tonjolannya. Aku sempat bergumam dalam hati.
" itu kontol enak sekali ya kalau di sepong ". gumamku dalam hati.
" bagaimana dik, diojekin apa tidak ". tanya sipemuda tadi
" eh..iya..iya diojekin, dimana rumah abang?" tanyaku
" di gang kencana II " jawab si pemuda tadi sambil menggamit bahuku. Tentu saja darahku langsung mengalir dengan derasnya. Apalagi kucium bau keringatnya sangat menusuk hidung dan akupun tak mau melewatkannya.
" kamu tidak sekolah?" tanyanya sambil merangkul bahuku. Aku semakin gugup saja.
" saya..saya sekolah pagi ." jawabku singkat
" oya ..nama saya Pedro, nama kamu siapa?" tanya pedro sambil memegang tangkai payung tadi
" toby..abang orang baru disini ya?" tanyaku sambil memberanikan diri merangkul pinggangnya sementara saat itu pedro tidak memperdulikannya.
" iya..saya baru dua hari tinggal disini ". Jawabnya sambil terus menelusuri jalan. Saat itu juga aku tidak melewatkan kesempatan untuk memperhatikan bagian selangkangannya yang nampak begitu besar. Akupun akhirnya bertanya
" Abang tinggal sendiri atau sudah menikah?" tanyaku lagi.
" Saya belum menikah, tetapi saya sudah bertunangan dengan gadis sekampung dengan saya" jawab pedro
" Pasti tunangan abang cantik?" tanya ku sambil memandangi wajahnya yang ditumbuhi bulu halus sekitar kumis dagu dan jambangnya.
" Bagaimana kamu bisa menyimpulkan itu?" tanyanya sambil mengencangkan pelukan tangannya dibahuku
" Abang berwajah tampan, memiliki tubuh yang sangat ideal, apalagi.." Aku menghentikan pembicaraanku.
" Apalagi apa?" tanyanya sambil tersenyum
" ah..forget it ." jawabku. Akhirnya sampailah kami berdua ketempat yang dituju ternyata rumah dimana tempat pedro tinggal hanya berbeda gang dari rumahku. Setelah pintu dibuka pedropun mempersilahkan aku masuk.
" Dik toby, masuk dulu sambil mengeringkan tubuh, nanti kamu sakit!" jelas sambil masuk ke dalam kamar.

Sementara itu aku duduk diruang tamu yang berwarna putih dan ada beberapa foto yang menghias dinding ruang tamu itu pada saat aku ingin melihat foto yang arahnya berlawanan dengan pintu kamar pedro yang saat itu terbuka, aku melihat dari cermin yang terdapat di sisi foto pedro pantulan pemandangan yang sangat aku nantikan sekali dimana aku melihat pedro sedang membelakangi pintu kamar sedang melepaskan celana jeansnya yang basah hingga akhirnya aku dapat melihat bentuk bokongnya yang menonjol dan indah yang tertembus celana dalam yang nampak basah, sementara bagian atas tubuhnya sudah tak berpakaian lagi.

Ketika aku melihat pedro mengenakan handuk aku cepat-cepat duduk kebali kekursiku. Aku semakin tertarik saja ketika melihat pria ganteng di depanku hanya mengenakan handuk kecil hingga dadanya yang bidang dan perut yang atletis apalagi bagian pahanya yang terlihat kekar ditumbuhi bulu-bulu yang lebat.

" toby, aku mandi dulu ya, oya kalau mau minum ambil sendiri ." sapanya sambil masuk ke kamar mandi. Kesempatan itu tidak aku sia-siakan aku langsung mengintip dari lobang kunci hingga pemandangan yang aku harapkan dari tadi terjadi. Aku melihat pedro sudah melepaskan celana dalamnya hingga terlihat batang kontol yang masih dalam keadaan lemas dengan ditumbuhi bulu jembut yang lebat tumbuh dibagian pangkal batang kontol milik pedro. Batang kontol itu memiki panjang 14 cm dan berdiameter 4 cm mirip sekali dengan kemaluan kuda. Aku melihat kemaluan itu mulai dibasuh dengan sabun sehingga membuat kontol itu sedikit menegang. Dan ketika aku mengetahui kalau dia sudah selesai mandi aku cepat-cepat duduk kembali duduk di kursi sambil pura-pura sibuk membaca majalah.

" kamu sudah bikin minum toby?" tanyanya sambil melemparkan celana dalam yang telah basah tadi ke dalam ember kosong yang berada di samping pintu
" belum bang, nanti saja ." kataku sambil memandangi kebagian tubuh yang terbungkus handuk dan nampak sekali tonjolannya. Sesaat kemudian pedro masuk kedalam kamar sementara perasaan aku ingin sekali lagi melihat pemandangan yang indah tadi. Namun saat aku gelisah, surya memanggil aku, akupun bergegas masuk kedalam kamar betapa terkejutnya aku melihat pedro hanya memakai underwear berwarna putih dan tipis dan mirip bikini sehingga seakan batang kontolnya ingin segera keluar dari sarangnya.

" Toby masuklah ." pinta pedro sambil memberi isyarat kepadaku
" ada apa bang?' tanyaku sambil berjalan mendekati pedro. Pedro saat itu langsung duduk dipinggir ranjang.
" kamu bisa mijitin saya?" kata pedro sambil tersenyum
" bisa Bang ." jawabku dengan cepat
" oke kamu bisa ambil lotion yang ada di meja kecil itu toby ." katanya sambil mengarahkan tangannya kearah meja yang berada disudut ruangan. Setelah itu pedro langsung mengambil posisi tengkurap sehingga bagian bokongnya nampak semok sekali (seksi montok). Semula aku memijiti bagian betisnya hingga naik kebagian pahanya yang dipenuhi bulu-bulu lebat hingga sampailah tanganku pada bagian dua buah bongkahan daging yang menggairahkan dengan nada berbisik akupun berkata;
"bang maaf, saya buka celananya sedikit ya!' kata ku
" silahkan toby, kamu pandai sekali memijit ." katanya seakan puas dengan apa yang diperbuat olehku. Sambil sibuk meremas-remas bokongnya akupun melihat kearah lubang pembuangannya yang nampak ditumbuhi bulu-bulu lebat dan masih rapat.

Setelah aku meremas-remas dua buah gundukan daging yang menggairahkan itu, akupun langsung duduk diatas kedua bongkahan daging itu sambil memijiti bahu hingga kepinggangnya begitu berulang-ulang sehingga otomatis bokongnya tertekan dan tergesek-gesek ranjang maju mundur. Setelah selesai akupun memintanya membalikkan tubuhnya. Betapa terkejutnya aku melihat batang kontolnya sudah tegang seratus persen hingga nampak ngin segera keluar dari sangkarnya.

" kontol abang ngaceng tuh ." kataku sambil menunjuk kearah barang yang mirip kemaluan kuda itu
" kamu sih, jadinya begini." Katanya sambil memejamkan mata hingga sesaat kemudian dia pun berkata" berapa biasanya kamu mendapat upah ngojek payung dan memijiti toby?" tanyanya sambil mengambil dompet yang berada dimeja samping ranjang pedro
" bagaimana kalau bayarnya tidak pakai uang?" tanyaku sambil memandangi kontol yang besar itu
" lalu bayar dengan apa, dengan ini?" kata pedro sambil duduk di sisi ranjang dan meremas batang kontolnya.
" iya ..dengan itu saya senang sekali ." jawabku sambil terus memandangi tonjolan yang berada diantara pahanya.
" terus apa yang kamu tunggu, silahkan tapi jangan digigit ya ." candanya sambil menopang tubuhnya dengan kedua tangan. Dengan segera aku berjalan dan mengambil posisi bersimpuh diantara selangkangannya. Tanpa membuang-buang waktu aku langsung memulai jurusku dengan menjilati bagian kedua pahanya secara bergantian sesekali kugigit-gigit lembut hingga membuat pedro memejamkan mata sambil melenguh keasikan.
" ss..nikmat sekali toby, kamu pandai sekali ." katanya sambil mendongakkan kepala kelangit-langit kamarnya.

Aku terus beraksi hingga bibirku sampai pada benda menonjol yang masih terbungkus celana dalam. Sesekali aku menggigit mesra sampai aku mengelus-elusnya dengan menekan bibirku. Sementara pedro semakin mendesis merasakan kenikmatan tiada tara. Merasa belum puas aku akhirnya melepaskan celana dalamnya sehingga batang kontol yang super panjang dan super besar itu melesat keluar, aku mencengkram kontol itu sambil mengocoknya sementara bibir ku terus menghisap bagian kepalanya yang besar. Hingga membuat pedro berbisik;
" toby aku suka kamu sayang lakukan terus ..ah..nikmat sekali ." kata pedro sambil menekan kepalaku hingga batang kontol itu masuk kedalam mulutku walau tidak semuanya karena terlalu panjang. Mulutkupun semakin penuh karena kontol yang besar itu membuat sesak terasa dimulutku. Akupun terus melakukannya sampai aku melihat tubuhnya menegang dengan diselingi bisikan pedro
" toby ..aku mau keluar sayang ah.." kata pedro sambil memejamkan matanya hingga akhirnya " crot..crot..crot " air mani itu mengalir ditenggorokanku dan terasa sangat nikmat sekali bersamaan itu aku langsung mengeluarkan benda pusaka milik pedro itu sambil menjilati bagian kepalanya yang masih mengeluarkan sisa-sisa air mani. Setelah itu pedro langsung membaringkan tubuhnya diatas ranjang sambil mengatur nafasnya.

Setelah itu aku langsung naik keatas ranjang dan mengarahkan batang kontolku yang berukuran sedang kearah perutnya sambil terus mengocok batang kontolku hingga akhirnya memuntahkan lahar yang membasahi bagian dada dan perut pedro. Akupun langsung mengusap air mani yang membasahi tubuh pedro tadi dengan jari telunjukku dan memasukkannya ke mulut pedro. Pedro rupanya ingin menikmatinya dengan menelan air mani yang membasahi tubuhnya tadi sampai tak tersisa hingga beberapa waktu aku dan dia beristirahat sambil bercakap-cakap;
" kamu pandai sekali toby, apa kamu sudah terbiasa ." katanya sambil mengusap-usap rambut kepalaku yang saat itu kusandarkan diatas dadanya
" kalau melihat cowok telanjang sering bang, tapi yang namanya nikmatin kontol sebenarnya belum pernah, abang sendiri bagaimana?" aku balik bertanya
" kalau aku belum pernah sama sekali toby, jadi ini adalah pengalaman pertamaku ." jawabnya sambil menarik tubuh ku hingga sejajar kepadanya dan langsung dengan penuh nafsu pedro melumat bibirku sambil tangannya meremas dan melinting puting susuku, aku tambah bernafsu hingga aku kembali meremas dan mengocok batang kontol miliknya, kejadian itu berlangsung beberapa saat hingga pedro menghentikan lumatannya dan memintaku untuk turun dari ranjang, akupun mengikuti instruksinya.

Rupanya pedro pun duduk disisi ranjang seperti sebelumnya hingga akhirnya ia meminta aku naik keatas tubuhnya dan saling berhadapan. Pada saat aku sedang asik melumat bibir pedro aku merasakan bahwa batang kontol pedro telah stand by berada tepat di lubang pembuanganku. Aku langsung menekan tubuhku hingga batang kontol tadi melesat masuk kedalam lubang pembuanganku. Aku bergerak naik turun secara berlahan hingga membuat pedro kembali berdesis merasakan kenikmatan " toby..ya..lakukan terus sayang, oh..nikmat sekali." Katanya sambil terus memejamkan mata sesekali melumat puting susuku.

Aku terus melakukan adegan turun naik hingga aku mempercepat gerakkanku yang otomatis membuat batang kontol ku bergesekan dengan perutnya yang atletis setelah beberapa saat kemudian aku mendengar pedro meleguh sambil mencengkram bongkahan pantatku sambil berkata " ahh..aku..mau keluar sayang ." kata pedro dan setelah itu air manipun memuncrat kedalam lubang duburku lebih banyak pada saat aku mengisapnya tadi " crott..crot..crot..crot." dan setelah itu akupun memuntahkan air maniku hingga membasahi tubuh kami berdua. Setelah itu aku pun minta izin untuk pulang karena waktu sudah larut malam.

Pedro mengijinkan aku pulang setelah bibirku kembali dilumatnya. Kejadian itu berulang terus hingga pada waktunya pedro menikah dengan calon istri pilihannya yang berada di desa. Sebelum ia pulang kami berdua merayakan pesta perpisahan berdua sambil mengulangi perbuatan seperti yang sudah-sudah. Setelah perpisahan itu sampai sekarang berjalan dua tahun aku tidak pernah mengetahui keadaannya. Tetapi aku terus berdoa semoga perkawinannya langgeng meskipun terasa perih didalam dadaku ini.

Tamat




Nam-ku

0 comments

Temukan kami di Facebook
Aku ingat, perjalanan di dalam kereta api dari Sydney ke Tamworth, di awal tahun 2000, yang tadinya kupikir bakal menyenangkan, ternyata jadi membuat BT, waktu di Hornsby (daerah pinggiran Sydney) kursi yang semula kosong di sebelahku terisi. Biasanya aku tidak masalah mau duduk dengan siapa saja. Apalagi kalau dia cakap, perjalanan jadi terasa sekejap karena sambil mengobrol atau pura-pura tidur, aku bisa menikmati "barang bagus". Rejeki kan? Yang ini, jauh.. Bukannya aku memilih-milih. Kan sudah kubilang, aku tidak ada masalah dengan siapa aku duduk. Cuma, yang ini reseh sekali. Sesudah mengerti kalau aku dari Indonesia, wuih.. tidak berhenti-henti dia bicara tentang Indonesia. Yang bikin aku BT lagi, tidak ada secuil pun hal tentang Indonesia yang baik di mata dia. Jajmen-jajmen dia tidak ada yang mutu, kupikir. Bayangkan saja, ke Indonesia saja dia belum pernah. Eeh, siapa kamu. Makanya kupikir lebih baik mencari kegiatan lain untuk menghindar dari dia, kalau tidak bakal miserebel deh 5 jam perjalananku. Makanya, sesudah bilang excuse me, aku beranjak. Aku bilang mau jalan-jalan, sekalian mau ke buffet car, makan siang. Duduk di samping dia bikin perutku tambah keroncongan, rasanya.

Di sini deh, awalnya aku bertemu Nam-ku (waktu itu dia belum jadi milikku, tentu). Begitu memasuki ruang buffet, secara naluriah tanpa bisa ditolak, mataku menangkap satu sosok yang menarik perhatianku. Ha ha.. itu kan alami, tapi aku tidak mau ada orang yang lihat kemana pandangan mataku yang masih normal ini. Aku langsung pesan makanan, terus cari tempat duduk. Ternyata hanya ada dua tempat duduk yang masih kosong. Yang satu di depan dia, yang satu lagi di depan ibu-ibu. Sekali lagi, bukannya aku anti ibu-ibu, ibuku kan juga ibu-ibu, tetapi dalam posisiku, aku berhak memilih dong.

"Of course," jawab dia waktu aku minta ijin duduk di depan dia. Ngapain juga mesti minta ijin. Kan itu tempat umum, pikirku mengkritik diri sendiri. Peduli. Supaya bisa ngobrol-ngobrol kan harus ada yang mulai. Begitulah, akhirnya aku berhasil. Kami mengobrol sambil makan. Asyik sekali. Apalagi siapa sih, yang tidak betah ngobrol dengan orang cakap macam dia. Apalagi senyumnya itu, manis sekali. Sungguh. Namanya Nam. Nam Nguyen. tidak perlu dijelaskan lah dia dari mana. Dia mahasiswa komunikasi di Sydney University. Dia bilang, dia ke Tamworth mau lihat-lihat festival musik country Australia. Ups, aku tidak mengerti kalau ada festival musik country di sana. Aku kan cuma mau mengunjungi saudara yang kebetulan sudah menetap di negeri Kangguru ini. Waktu aku tanya apakah dia itu musisi atau bukan, dia bilang bukan. Dia hanya suka musik saja. Dan waktu kutanya lagi dia mau tinggal di mana selama di Tamworth, dia bilang dia bawa tenda, mau camping, sendiri. Asyik sekali kalau aku diajak, aku bayang-bayangi sendiri.

Sesampai di Tamworth, hatiku bersorak waktu dia mengajak aku main di tendanya juga dan lihat-lihat festival sama-sama. Langsung saja kuiyakan. Lalu kami bertukar nomor mobile phone, dan berpisah. Untuk berjumpa lagi, for sure.

Aku sebenarnya suka musik sekali. Tetapi, lihat-lihat festival musik dengan Nam, yang lebih banyak kuperhatikan malah dia. Tanpa dia sadar, dong. Aku ingin mengerti, dia itu masuk blok mana, siapa tahu satu blok sama aku. Sedikit kesimpulan bisa kuambil, ha ha.. Karena mata dia tidak pernah berhenti kalau ada cewek. Malah kalau ada cowok yang lumayan, aku bisa lihat, mata dia akan mengeksplorasinya. Secepat kilat, tentu. Tapi aku bisa lihat, jadi kupikir, mungkin juga. Malam itu kami tidak masuk ke salah satu pertunjukan besar, hanya jalan-jalan sambil melihat pengamen-pengamen yang bertebaran di mana-mana. Juga beli beberapa suvenir dari sana. Aku beli T-shirt dengan tulisan "I love you as much as I love country music". Sadis ya? Dia tidak beli apa-apa.

Capai jalan-jalan, kami ke tenda dia. Tendanya kecil tapi cukuplah diisi badan kami berdua, masih cukup lapang. Kami minum dan mengobrol. Rencanaku aku memang mau menginap di tendanya, aku sudah bilang kepada saudaraku kalau aku tidak pulang. Aku sedang senyum-senyum lihat tulisan di kaosku waktu dia bilang "Why don't you try it on?" Ide bagus, aku bilang. Lalu aku buka kaosku di depan dia, sekalian ingin lihat bagaimana reaksi dia. Aku buat lama-lama supaya aku bisa memperhatikan reaksi dia dari balik kaos (kaosku sedikit transparan). Aku tarik kaosku ke atas, sehingga mukaku tertutup kaosku. Eeh, kulihat dia memperhatikan badanku yang setengah telanjang selama beberapa lama, matanya tidak berkedip.

Waktu dia sadar aku tidak juga membuka kaosku, dia bertanya,
"What's up?"
"Tidak apa-apa, aku sedang memperhatikan kamu," jawabku, lalu dia tergagap. "Kamu suka, kan?" aku tanya lagi.
Dia tidak menjawab, hanya bilang,
"You've got me!"
Kubuka kaosku dan kuperhatikan dia. Matanya menatapku juga. Tak terasa kami saling mendekat sambil terus saling menatap. Sebentar saja, wajahnya dekat sekali dari wajahku sampai kurasakan nafasnya di bibirku. Posisi kami setengah berdiri waktu itu, kan di dalam tenda. Kusentuhkan bibirku ke bibirnya (well, aku tidak tahu siapa yang menyentuhkan bibir, yang kutahu, bibirku sudah menyentuh bibirnya), dan saling mencium. Mula-mula pelan-pelan, lembut sekali, tetapi dalam beberapa detik saja, lidahku sudah bermain-main di dalam mulitnya. Dia sedot-sedot lidahku sambil tangannya tidak henti-hentinya mengusap punggungku. Kami benar-benar sudah tidak ingat lagi dimana kami. Tanganku melepaskan kaosnya pula, sampai dia juga setengah telanjang.

Aku terangsang sekali kalau melihat puting cowok. Langsung saja dua puting, warnanya merah jambu kehitaman sedikit, itu langsung menjadi sasaran ciumanku. Kuciumi yang kiri lalu yang kanan dengan lembut. Begitu tersentuh oleh bibirku, dia tercekat dan langsung mengerang keenakan. Dia suka sekali, aku tahu itu. Tangannya pun tidak mau ketinggalan. Dipelintirnya puting dadaku dua-duanya mengirimkan rasa nikmat yang tidak terkira. Memang, putingku ini salah satu bagian yang bisa mambuat aku gila kalau dimainkan. Aku pun mendesah-desah dan mengerang-erang kenikmatan. Aku jadi berbuat lebih jauh lagi. Kusedot-sedot, kuhisap-hisap, dan kumainkan putingnya yang kanan dengan gigiku sambil puting yang kiri kupelintir-pelintir dengan telunjuk dan ibu jari kiriku. Dia mengerang-erang membuat aku semakin bersemangat. Aku tidak takut ada orang yang mendengar desah nafas kami, toh di luar juga bising. Kira-kira lima menit mungkin, aku mainkan putingnya, sampai dia benar-benar terengah-engah.

Bibirku turun dari dadanya ke perutnya, terus ke bawah sampai bagian yang tertutup celananya. Dia hanya mengenakan celana pendek, musim panas kan! Tanganku langsung melepas kancing celananya melepas celananya. Indah sekali. Aku tidak percaya aku sampai ke sini juga. Meskipun dia masih pakai celana dalam, aku bisa melihat batangnya sudah tegang. Kepalanya bisa kulihat dengan jelas menyembul basah karena cairannya sudah mulai keluar. Aku benar-benar lupa diri. Kujilati celana dalamnya sampai basah sehingga bentuk kemaluannya benar-benar tercetak di sana. Tidak puas, langsung kupelorotkan celana dalamnya. God! Benar-benar indah dan merangsang. Panjangnya kira-kira 15 centimeter dengan diameter mungkin 3 atau 3,5 cm. Kepalanya yang kemerahan lebih besar, besar sekali daripada batangnya. Rambut-rambut di sekitar pangkal kemaluannya lebat sekali membuatku semakin gila.

Kusuruh dia telentang, dia menurut saja. Langsung saja objek favoritku itu kucium-cium. Rambut di sekitar kemaluannya kujilat-jilat sampai berkilat-kilat karena basah oleh air ludahku sambil tanganku naik turun di dada dan perutnya, dan sekali-kali memencet puting-puting susunya. Dia benar-benar pasrah, tidak melakukan apa-apa hanya mendesah-desah sambil sekali-kali menyebut namaku. Sesudah puas, kepala kemaluannya kukecup-kecup, kujilati cairan senggamanya yang sudah menyebar di sekitar kepala kemaluannya turun ke batangnya. Enak sekali. Ketika aku mau memasukkan kepala kemaluannya ke mulutku, dia bilang berhenti. Dia bangkit, dan membuka celanaku yang dari tadi kupakai. Rupanya dia suka memainkan putingku juga. Sambil tangannya mambuka resleting celanaku, bibirnya bermain-main di putingku. Sampai waktu celanaku sudah lepas pun, aku tidak mau dia berhenti memainkan, mencium, menggiggit-gigit putingku. "Jangan berhenti, jangan berhenti," desahku. Dia menurut meskipun celana dan celana dalamku sudah lepas semua. Dia menyedot-nyedot puting kiriku dan tangan kirinya memainkan puting kananku, dan tangan kanannya mengelus-elus kemaluanku yang sudah mengacung tegang dari awal, dan mengocok-ngocoknya. Enak sekali kenikmatan yang diberikannya. Aku tidak tahan sehingga kusuruh dia berhenti karena aku rasakan air maniku sudah mau menyemprot. Aku tidak mau selesai cepat-cepat.

Kami tiduran sambil saling memeluk dan bibir kami berpagutan. Tangannya tidak kemana-mana tetapi memeluk erat tubuhku. Aku pun begitu. Sesudah puas berpelukan dan berciuman begitu, dia bangkit dan langsung mulutnya menuju ke kemaluanku dan kepala kemaluanku langsung dikulumnya. Disedot-sedotnya sampai kurasakan seakan-akan lepas dari pangkalnya. Tangannya memain-mainkan bola-bola kemaluanku sambil batangku disedot-sedot. Enak sekali. Lalu dikulumnya bola-bola kemaluanku satu demi satu. Lidahnya turun ke bawah, lalu diangkatnya kakiku ke atas, sehingga lubang pantatku bisa dia jilat-jilati juga. Oh Tuhan, rasanya enak sekali. Dia menjilat-jilati lubangku, terus memasukkan lidahnya di lubangku itu. Enak sekali rasanya. Aku mengerang-erang terus tidak berhenti. Aku tidak tahan sehingga kutarik tubuhnya sehingga batangnya di depan kepalaku dan kemaluanku juga di depan mulutnya. Dengan posisi itu, kami bisa memberi kenikmatan sama-sama. Kusedot-sedot batang kemaluannya. Kumasukkan seluruhnya sampai ke pangkalnya. Dia begitu juga sambil memasukkan telunjuknya di lubangku memberi nikmat yang tidak terkira. Aku melakukan yang sama, sehingga dia pun mengerang-erang kenikmatan.

Begitu intensnya kami saling menyedot dan memainkan jari-jari di lubang kami, kami tidak tahan. Aku merasakan desakan hebat dari pangkal kemaluanku keluar memberikan rasa nikmat yang tidak tergambarkan. Maniku menyembur keluar di dalam mulutnya. Dia membiarkan saja maniku keluar di mulutnya, bahkan dia menelan semuanya. Pun sesudah tidak ada lagi yang menyembur, dia masih menyedot-nyedot kemaluanku. Tidak lama sesudah itu, dia pun menyemprotkan maninya. Seperti dia sudah menelan maniku tanpa sisa, aku pun menelan cairan kenikmatannya itu, tanpa sisa.

Sesudah itu, kami baru sadar kalau tubuh kami basah karena keringat. Aku bangkit, dan mencium bibirnya lagi. Sebelum merebahkan badanku di samping dia, kukecup dua puting susunya membuat dia merasa kegelian. Lalu aku berbaring di samping dia sambil memeluk dia. Dia begitu juga. Lalu kami berciuman lama sekali, dan beristirahat, tidur sambil saling memeluk. Malam itu, kejadian itu terulang lagi. Aku tidak tahu jam berapa, tetapi di luar sudah sepi waktu itu. Dan kami tidur lagi sambil berpelukan lagi. Kejadian yang sama terulang lagi malam berikutnya, di tempat yang sama. Tetapi kami hanya sebatas melakukan itu, kami belum memasukkan batang kemaluan kami di lubang masing-masing, karena kami sedikit kurang berani waktu itu.

Sekarang, aku dan Nam-ku sudah jalan bareng selama enam bulan, kami sudah resmi pacaran, dan hubungan cinta kami diwarnai dengan sanggama-sanggama yang lebih intens daripada malam pertama kami di tenda itu. Hal yang kami takutkan sudah kami lalui, justru menjadi hal yang istimewa buat hubungan kami. Dua bulan lagi, Nam-ku akan menyelesaikan masternya dan akan kembali ke Vietnam. Aku belum akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat ini. Akan sulit bagi aku dan Nam-ku, tetapi kami sudah punya rencana-rencana untuk kelanjutan cinta kami. Do'akan ya!

Tamat




My true story

0 comments

Temukan kami di Facebook
Nama saya Alfian (26), mungkin cerita yang akan kutulis ini agak lain. Biar bagaimana, buat yang sudah meluangkan waktu untuk membaca ceritaku ini aku ucapin terima kasih banyak. Pada dasarnya apa yang kutulis di sini adalah kisah nyataku sampai aku terjun di dunia "Gay" seperti sekarang ini. Meski boleh dibilang aku masih setengah-setengah, tapi insting "Gay" ada di benakku.

Aku mulai menjadi "Gay" atau "Bisex", terserah apa sebutannya mungkin sekitar 1,5 tahun (sekitar akhir tahun 2001) yang lalu, saat aku mulai bekerja di pekerjaanku sekarang ini. Aku hanya staff biasa yang pekerjaannya lebih banyak di lapangan mencari klien. Aku mengetahui ada banyak kehidupan "G" setelah aku bertemu dengan beberapa klienku yang mana aku nilai mereka "G". Kemudian aku pun mulai mencuri-curi waktu di kantor untuk sekedar membuka situs "G". Langkahku kian berani dengan aku chatting di room "G". Tak butuh waktu lama, hanya sekitar seminggu aku pun kenal seseorang. Tapi aku belum berani untuk bertemu dengannya hingga suatu saat dia menelpon ke ponselku. Aku sempat kaget, karena suara di seberang ponselku seperti pernah aku kenal. Dn aku pun langsung menebak siapa pemilik suara di balik ponselku. Aku yakin, dari nada suaranya dia sempat kaget saat aku tebak siapa dia, apa pekerjaannya dan dimana kantornya. Dia, sebut saja namanya "Budi", salah satu klienku meskipun dia tetap menyangkal tapi aku yakin insting-ku saat itu benar. Akhirnya, Budi pun ngajak ketemu di suatu tempat. Dan, aku pun beranikan diri untuk menerima tantangannya untuk bertemu.

Sepulang kantor, aku pun langsung menuju tempat yang telah ditentukannya yaitu salah satu cafe di Jakarta Pusat. Dan, apa yang aku perkirakan ternyata memang benar. Dia adalah klienku, Budi. Rasa malu, canggung dan takut terus menghantuiku. Tapi kulihat dia tetap santai dan tenang hingga akhirnya aku pun menyesuaikan diri. Kami pun ngobrol sekitar satu jam lamanya. Sebelum aku berpisah dengannya, dia sempat nantang aku untuk datang ke rumahnya, tapi kutolak karena besok aku juga mesti bertemu dengannya di kantornya di bilangan Sudirman. Setibanya di kantorku, fikiranku justru terganggu dengan tantangan Budi hingga akhirnya aku beranikan diri untuk datang ke rumahnya. Setiba di rumahnya, dia langsung mengajakku ke kamarnya kemudian dia pun langsung mendaratkan bibirnya ke bibirku. Dus, untuk pertama kalinya bibirku disentuh bibir seorang pria. Di dalam kamar itulah, pengalaman pertamaku bercinta dengan sesama jenis tertulis. Tak ada nikmat yang kurasakan di sana karena perasaan canggung dan takut terus membayangiku. Yang kulakukan saat itu hanyalah aku tidak ingin membuat Budi kecewa. Itu saja.

Di dalam kamarnya yang cukup besar menurutku, aku hanya duduk di sofa yang ada di kamarnya. Sementara itu, setelah dia puas dengan menciumiku lalu dia mulai menelanjangiku hingga tak sehelai benang pun nempel di tubuhku. Jilatan budi terus menyusuri puting, perut, pusar sampai pada batang kemaluanku yang saat itu belum terbangun dari tidur. Aku juga heran, kendati Budi telah begitu ganas menyerangku dengan jilatan-jilatan yang mungkin cukup nikmat tapi itu tak cukup untuk membangunkan kemaluanku. Baru setelah 25 menit lamanya kemaluanku mulai mengeras. Itu pun setelah lama di kulum Budi. Lalu, kami pun beranjak pindah ke spring bed. Di situlah Budi nampak seperti Singa lapar. Begitu ganasnya dia melumat kamaluanku dan mempermainkan lidahnya di lubang pantatku. GELI, itu yang kurasakan saat itu. Bagiku, pergumulan itu terasa sangat lama sekali dan aku pun belum memuntahkan lahar putih dari kemaluanku. Budi nampaknya tak patah semangat, dia terus membuatku terangsang hingga akhirnya di menit ke 57 pertahananku pun jebol juga. Di dalam mulutnya, kemaluanku memuntahkan air putih yang cukup kental. Kulihat sepintas wajah Budi berseri penuh kemenangan. Setelah menelan apa yang baru saja masuk ke mulutnya, dia pun tersenyum sambil berkata, "Ough, pejumu enak sekali Fi", hanya kalimat itulah yang kudengar dari mulutnya.

Sejak kejadian itu, aku pun sempat shock. Kejadian itu terus terlintas di fikiranku dan membuatku takut. Dalam ketakutanku itulah muncul suatu keberanianku untuk sekedar mengetahui apa dan bagaimana dunia "G" ini, khususnya di Jakarta ini. Berbagai buku dan internet pun seakan menjadi alat bagiku untuk mengorek apa yang aku cari. Setelah sekitar 4 bulan aku pelajari, rasanya aku pun semakin tahu siapa diriku ini sebenarnya. Kendati pencarianku hanya sebatas membaca, namun bagiku itu sudah cukup. "Aku mulai menyukai laki-laki", itu yang kurasakan kendati saat itu statusku tidak single lagi karena aku telah bertunangan.

Sejak itu aku mulai beranikan diri untuk mencari teman senasib denganku. Aku pun mendapatkannya dan berani untuk menemui mereka (yang ternyata bukan seorang saja). Kami bertemu di Jl. S, Jakpus. Jalan yang selalu ramai kalau malam hari. Kaget, itu yang kurasakan saat bertemu dengan mereka (jumlahnya 4 orang sebut saja Okta, Coqie, Daniel dan Heru). Penampilan mereka sangat rapi dan bukan dari golongan kebanyakan. Dari style-nya saja aku bisa menilai mereka cukup mapan, sementara aku? Hanyalah orang desa kebanyakan. Tak ada yang istimewa dalam diriku apalagi bisa kutunjukkan ke mereka. Mereka keren-keren. Sementara aku? baik wajah, kulit maupun tubuhku tak ada yang menarik sama sekali. Ini membuat aku merasa minder berhadapan dengan mereka. Kendati mereka cukup welcome, tapi akhirnya aku pun tak berani lagi untuk bertemu dengan mereka, hanya say hello via SMS saja.

Pengalaman bercintaku yang kedua dengan sejenis justru terjadi bukan dengan temaku tapi dengan orang asing. Saat itu adalah hari sabtu. Kendati hari libur kerja, tapi aku sering main ke kantor. Sepulang dari kantor, aku bermaksud untuk mencari peralatan listrik yang aku butuhkan di daerah Jakarta Pusat. Tepat di depan kantorku, saat aku berjalan di trotoar tiba-tiba ada seorang asing menenggorku dari belakang. Dia minta maaf dan urusan pun selesai. Dia pun berlalu begitu saja dan aku kembali dengan jalan dan tujuanku. Tapi, tiba-tiba dia yang sudah jalan mendahuluiku berbalik dan menghampiriku. Dengan logat Inggerisnya, dia menanyakan jalan menuju ke suatu tempat (Mal) di Jakpus. Aku pun lalu menunjukkan arahnya tanpa menaruh perasaan apapun di benakku. Entah apa yang ada di benaknya, dia pun mengajakku berkenalan. Sebut saja namanya Azis, asal Iran. Setelah kenalan, kupikir dia akan melanjutkan perjalannya sendiri tapi ternyata dia terus menjejeriku dan ngajak ngobrol. Kebetulan aku pun mau menuju ke tempat yang sama, akhirnya kutawarkan untuk mengantarkannya. Sesampainya di Mal, aku memang tidak masuk karena aku hanya ingin beli peralatan listrik di sekitar Mal tersebut.

saat aku sedang membeli peralatan yang kubutuhkan tiba-tiba Azis masih berada di belakangku. Dia mengikutiku! Lalu, kutanya apa yang akan dia beli di Mal tersebut dan dia pun menjawab ingin beli sepatu. Kuantar dia berkeliling di Mal namun dia tidak menemukan apa yang dia inginkan. Hari pun menjelang sore dan aku mesti pulang karena sudah menjelang malam. Aku tidak mengira ternyata Azis minta ikut. Tanpa berfikir apa pun, kuajak pula dia ke kostku di daerah Menteng. Lalu Azis mengajakku ngobrol dan ternyata dia orangnya asyik juga. Tak terasa, malam pun kian larut namun Azis tak jua pulang. Masa mau aku usir sih? Akhirnya dengan basa-basi kutawarkan saja dia tidur di kostku, kebetulan ada dua kasur di kamarku. Setelah agak malam, aku pun langsung merebahkan badanku di atas busa di lantai, sementara Azis di ranjangku. Meski aku merasa ngantuk, tapi mataku tak jua terpejam. Akhirnya kuputuskan untuk menonton TV saja. Kupikir Azis sudah terlelap karena tubuhnya tertutup rapat oleh selimut dan hanya kepalanya saja yang nongol, makanya aku nggak berani nyetel TV kenceng-kenceng.

Saat aku sedang tiduran sambil nonton TV, tiba-tiba Azis turun dari ranjang dan memelukku. Ups, aku terkejut karena Azis hanya memakai CD saja. Dia terus memelukku dengan erat dan aku pun tak kuasa untuk menolaknya. Perasaan canggung dan takut pun coba kubuang jauh. Aku mencoba untuk menikmatinya. Toh, dinikmati atau tidak ini tetap dosa bagiku. Melihat tak ada perlawanan dariku, Azis semakin berani dengan mulai menciumiku dan menjilati tubuhku. Kuakui, batang kejantanan Azis memang super gede meski dari segi tubuh masih tinggi aku. Memang benar kata orang, orang Arab memiliki alat kejantanan yang wouw. Pergumulan pun tak dapat terhindarkan malam itu. Meski itu pengalamanku yang kedua tapi ada yang pertama kali baru aku rasakan yaitu lubang anusku yang ditempak "Rudal" super gede. Sakit tentu kurasakan. Bahkan, darah pun sempat kulihat mengalir dari anusku. Tapi, pelan-pelan Azis membimbingku hingga rasa sakit itu berganti dengan rasa nikmat luar biasa.

Malam itu, Azis nampak seperti Srigala yang kelaparan. Semua tubuhku dilahap habis, pun dengan batang kejantananku. Rugi, pikirku kalau aku tak meladeninya. Lalu, aku pun mulai mengimbangi permainannya. Kucium dan kulumat seluruh tubuhnya yang berbulu. Perutnya yang datar dan putingnya yang menegang semakin menambah gairahku. Kumainkan putingnya dengan lidahku sambil sesekali kugigit, sama seperti yang dia lakukan terhadapku. Lalu, jilatanku pun beranjak menuju ke bawah, tempat dimana "Rudal" itu ditempatkan. Aku pun semakin terhanyut dalam permainan. Hingga tiba saatnya dia meminta ijinku untuk menembak anusku. Meski takut, akhirnya kuiyakan saja. Itu pengalaman pertamaku dan selanjutnya tentu Anda semua sudah bisa membayangkannya sendiri. So, aku tak perlu cerita panjang lebar di sini.

Begitulah cerita pertamaku saat aku mulai terjun di dunia "G". Terima kasih banyak mau membaca artikelku ini.

"Lakukanlah apa yang kamu inginkan, bukan yang kamu bayangkan".
Kalau kamu lapar, tentu kamu INGIN makan, tapi kamu pasti MEMBAYANGKAN mau makan enak dan di resto. Jadi, lakukan saja apa yang kamu inginkan.

Tamat




 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald