A Taste of Honey 4 - Outward Adventure - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Suatu malam sekitar jam delapan aku bertemu dengan Hanny sedang membeli makanan di warung depan sana. Ketika penjaga warung mengatakan tidak ada uang kecil untuk kembalian belanjanya, Hanny meminta biarlah kembaliannya dibelikan permen saja. Kulihat ia mengambil permen rasa mint. Ketika pulang dan melewatiku ia mengedipkan sebelah matanya. Di depan perutnya kulihat jari tengah dan ibu jarinya membentuk lingkaran, jari lainnya lurus. Aku mengangguk. Aku tidak jadi beli alat tulis yang rencananya tadi akan kubeli.

Kubiarkan ia berjalan pulang duluan. Kutahan langkahku sambil ngobrol dengan tetangga sebelah lainnya di mulut gang. Setelah berbasa-basi sebentar kemudian akupun pulang. Perlahan-lahan kulewati rumah tetanggaku, kuda binalku itu. Kulihat ia menunggu di pintu pagar depan rumahnya. Ia berbisik dan memberi tanda dengan tangannya agar aku lewat pintu pagar samping dan ke teras belakang.

Kubuka pintu pagar samping rumahnya dan menuju teras belakangnya. Teras belakangnya ini sangat terlindung dari pandangan orang yang lewat di gang. Terlihat gelap karena lampunya dimatikan. Hanny sudah duduk di lantai teras belakang menungguku.

"Say.. Mau ya? Aku sendirian sampai jam sepuluh malam ini" katanya.

Aku hanya diam dan memberi isyarat dengan mukaku. Kuperhatikan lantai terasnya sudah dilapis dengan karpet tebal 2 X 1, 4 m. Hannyku memang luar biasa. Ia selalu cekatan untuk urusan bercinta.

Aku duduk di sampingnya dan ia menggeser duduknya lalu memelukku dari belakang. Saat itu ia mengenakan baju tidur yang tipis sehingga lekuk-lekuk tubuh indahnya jelas membayang meskipun keadaan remang-remang.

Diciumnya tengkukku. Aku menggelinjang. Dadanya dirapatkan di punggungku. Buah dadanya yang padat menekan punggungku. Tangannya memegang tanganku dan meremas-remas jariku. Ia menggigit pundakku yang masih tertutup kaus.

Ada sesuatu yang kupendam dari tadi tapi aku segan untuk mengatakannya. Akhirnya aku bertanya, "Han.. Boleh aku bertanya?".
"Kenapa tidak boleh. Jangankan bertanya. Menggenjotku di ranjangpun kuijinkan", katanya dengan nada sedikit tak senang.
"Apakah kamu juga melakukan dengan pemuda lainnya?" kataku sambil menunduk.

Ia terdiam. Aku merasa serba salah dan menyesal bertanya begitu.

"Kenapa kau tanyakan itu?" katanya berbisik sambil mengetatkan pelukannya di tubuhku.
"Aku dengar biasanya, wanita yang sudah agak berumur sering mencari pemuda untuk melampiaskan nafsunya".
Ia kemudian tertawa kecil. "Maksudmu ini tentang tante girang dan gigolo?"

Aku mengangguk.

Akhirnya kamipun membahas tentang kehidupan antara tante girang dan gigolo. Banyak sekali kutanyakan hal-hal tentang mereka kepadanya dan ia menjawabnya dengan fasih. Aku semakin curiga kalau ia termasuk salah satu tante girang dan kupancing lagi semakin jauh. Justru ia yang bertanya padaku.

"Aku jadi curiga padamu To. Kamu kok kelihatannya tertarik dengan tante-tante?"

Aku jadi kikuk dan salah tingkah.

"Ahh.. Eee .. Ee ng.. enggak kok".
"Dari caramu menjawab saya ragu dengan jawabanmu tadi. Aku memang punya banyak kenalan dan sering berkumpul dengan tante-tante yang sering berkencan gonta-ganti pasangan dengan anak-anak muda. Aku juga sering diajak untuk masuk ke dalam dunianya. Aku tidak mau karena aku sadar bahwa dunia itu tidak cocok untuk keadaanku. Terlalu besar biayanya. Aku tak mampu. Aku juga mau ingatkan padamu, jangan kamu masuk dalam dunia mereka, karena sekali kamu masuk maka kamu akan terjerat dan akan diperbudak mereka. Kamu tidak bisa keluar dari lingkaran itu. Ingat kata-kataku ini. Ini bukan masalah aku bermaksud mengekang atau menguasaimu. Kukatakan ini karena aku tak mau kamu terjerumus".

Aku menarik napas panjang. Tangannya meremas kejantananku. Aku membalikkan tubuhku dan dalam posisi duduk di karpet kami akan mengawali pendakian malam ini. Kulihat sekeliling kami. Gelap karena lampu teras dimatikan dan malam ini bulan akan muncul selewat tengah malam. Hanya ada bintang bertaburan yang terlihat jelas karena cuaca cerah tak berawan. Kurasakan hembusan angin malam, dingin menusuk kulitku.

Kuperhatikan lagi bagian pekarangannya yang ditumbuhi rumput manila. Cukup terlindung oleh rimbunnya daun perdu dari pandangan di jalan. Kubisikkan padanya, "Aku mau bercinta ditemani oleh bintang". Ia belum paham dengan kata-kataku.
"Kamu lihat bagian pekarangan yang ada rumput manilanya? Cukup gelap dan terlindung dari pandangan orang lewat", kataku lagi. Ia kelihatannya mulai mengerti dengan arah pembicaraanku.
"Hmm. Kamu selalu penuh dengan ide gila dan liar. Tapi itu yang kusukai darimu".

Karpet kami gulung dan kami bawa ke atas rerumputan. Kuedarkan pandanganku sekali lagi untuk meyakinkan bahwa kami tidak terlihat oleh orang yang lewat di gang. Kemudian segera karpet kami hamparkan di atas rumput manila. Terasa lebih empuk daripada ketika dihampar di lantai teras.

Kulucuti celana dalamnya terlebih dahulu. Demikian juga ia melepas celana pendek dan celana dalamku. Tanganku mengusap pundaknya yang terbuka. Kucium mesra dan kurasakan tidak ada tali di atas pundaknya. Kupikir dia tidak memakai bra.

Kususupkan tanganku dari bagian bawah gaun tidurnya hendak meremas payudaranya. Ternyata masih ada penutup yang masih menghalangiku. Hanny mengerti pikiranku

"Stripless.. Yang. Buka saja di punggung seperti biasa" bisiknya lemah.

Tanganku ke punggungnya dan sebentar branya sudah kucampakkan ke atas karpet. Kini kami sudah siap untuk mulai mendaki lereng-lereng kenikmatan.

Hanny duduk di sebelahku dan menatapku sejenak. Ia merogoh kantung baju tidurnya dan mengambil sesuatu, merobek lalu tangannya memasukkan sesuatu tadi ke mulutnya. Ia mendekatkan mukanya ke mukaku dan menggerayangi pipi dan telinga dengan mesra. Dari mulutnya tercium aroma mint yang segar. Rupanya ia makan permen. Kucium jemari tangannya dan kukulum telunjuknya. Hanny terus mencumbuku. Kupeluk dan kutarik tubuhnya menindihku. Kakinya membelit kakiku. Tangannya merayap di atas dadaku yang tertutup kaus. Ia membelai-belai dadaku dengan lembut dan penuh perasaan.

Ia menindih tubuhku. Bibirnya mencium bibirku, lidahnya mendorong permen mint tadi ke luar dan menjepit dengan bibirnya. Kujilati bibir dan permen yang ada dimulutnya. Didorongnya permen ke dalam mulutku dan gantian ia yang menjilati bibir dan mulutku. Demikian aku dan dia saling berganti memainkan permen dalam mulut kami sampai akhirnya habis. Napas kami mulai memburu.

Payudara sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku sementara tangan kiriku memainkanbulu halus di pahanya. Hanny mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit kuat dari luar baju tidurnya.

"Aduhh.. Sakit To.. Ououououhh.. Nghgghh".

Hanny mengusap rambutku dan menjilati lubang telingaku. Aku sudah mulai terangsang. Senjataku mengeras ditindih oleh perutnya.

Bibirnya bergerak ke bawah, ke perut dan terus ke bawah. Digigitnya meriamku yang sudah tegak. Ia mengisap-isap buah zakarku dan menjilatinya sampai ke daerah perbatasan dengan anusku. Aku tidak tahan dengan rasa nikmat yang menjalariku. Kugigit bibir bawahku.

Tiba-tiba meriamku bergerak refleks mengencang memberikan responnya ketika lidah Hanny menjilat kepalanya. Kemudian kuatur gerakannya dengan mengendalikan otot Kegel yang sudah kulatih. Kuangkat kepalaku sedikit, kulihat Hanny dengan asyiknya menjilat, menghisap dan mengulum meriamku. Aku terpekik kecil setiap lidahnya yang merah menjilati lubang meriamku.

Kembali kepalanya ke atas dan bibirnya menyambar bibirku. Kubalas dengan ganas dan kudorong lidahku ke dalam mulutnya, menggelitik langit-langit mulutnya. Lidahku kemudian disedotnya dengan kuat. Dia berjongkok di atas pahaku. Tangannya kemudian meremas dan mengocok meriamku. Meriamku semakin kaku dan membatu.

"Ouououaahhkk.. Puaskan dahagaku.. Berikan aku.." ia mendesah.

Tidak lama kemudian kurasakan pantat dan pinggul Hanny bergerak-gerak menggesek meriamku. Dan kemudian.. Blesshh. Kepala meriamku masuk ke dalam gua kenikmatannya. Terasa lembab, hangat namun tidak becek. Kurasakan dinding guanya berdenyut-denyut meremas kemaluanku. Rupanya dia sudah berlatih senam Kegel dan mempraktekkannya saat ini.

"Akhh.. Oukkhh", kami saling merintih pelan.

Kami harus menahan suara kami agar jangan sampai ada orang yang kebetulan lewat di gang mendengarnya. Hanny mendongakkan kepalanya dan kujilati lehernya. Ia terus menggoyangkan pantat dan memainkan otot kemaluannya sehingga sedikit demi sedikit makin masuk dan akhirnya semua batang meriamku sudah ditelan oleh guanya.

Pantatnya bergerak naik turun untuk mendapatkan kenikmatan. Kadang gerakannya berubah menjadi maju mundur atau berputar-putar. Sesekali gerakannya menjadi pelan dan kontraksi ototnya dikuatkan mengurut meriamku. Kemudian ia mengangkat pantatnya dan dengan pelan menggesek-gesekkan bibir guanya pada kepala meriamku beberapa kali dan kemudian dengan cepat menurunkan pantatnya hingga seluruh batang meriamku tenggelam terhisap dalam putaran pantatnya. Ketika batang meriamku terbenam seluruhnya hingga mendesak dasar rahimnya ia bergetar dan kepalanya semakin mendongak. Napasnya mulai terputus-putus.

Kusingkapkan gaun tidurnya dan kubuka lewat kepalanya. Kini ia telanjang bulat. Kuisap puting buah dadanya yang sudah membatu. Tangannya tidak mau kalah dan tergesa-gesa melepaskan kausku. Gerakannya semakin liar. Tanganku memeluk punggungnya. Badanku seolah-olah seperti menggantung pada badannya. Kuisap payudaranya yang bergoyang-goyang mengikuti gerakannya.

Ia memelukku dan merebahkan tubuhnya ke atas tubuhku. Gantian dia mengeksplorasi area sekitar dadaku sampai dada dan bulu dadaku basah oleh jilatan ludahnya. Kini gerakannya pelan namun bertenaga penuh. Pantatnya naik ke atas sampai meriamku lepas, kemudian ia menurunkan lagi dengan pelan dan kusambut dengan gerakan pantatku ke atas. Kembali meriamku menembus guanya. Ketika meriamku mentok di rahimnya kami berdiam sebentar dan memainkan otot kemaluan seluruh batang meriamku mulai dari pangkal hingga ke ujung seperti diurut. Mendesak dan didesak dinding vaginanya.

Tangannya meremas dan menjambak rambutku, punggungnya melengkung menahan kenikmatan. Mulutnya merintih dan mengerang agak keras. Kututup mulutnya dengan tanganku.

"Ssstt..!", bisikku, "Jangan sampai nanti kami jadi tontonan orang."
"Anto.. Ouhh Anto, aku mau.., aku mau kelu.. ar"
"Sshh.. Shh.. Akupun.. Ju.. Ggghh"
"Anto sekarang ouhh.. Sekarang" ia memekik tertahan.

Kubalikkan tubuhnya. Hanny mengejang, kakinya membelit kakiku. Mulutnya mencari-cari bibirku dan kusambut agar ia tidak merintih-rintih. Vaginanya berdenyut kuat sekali dan pantatnya bergerak ke atas menyambut tusukan terakhirku setelah semua otot yang mendukung ketegangan penisku kukencangkan dan kutahan. Pantatku bergerak kebawah dengan keras hingga meriamku terasa sakit. Mungkin sampai lecet karena iapun mengencangkan otot vaginanya. Tembakanku memancar deras dan sebagian mengalir keluar ke pahanya. Vaginanya terasa becek, namun sempit. Kupeluk punggungnya dan kuusap dengan kuat dari leher sampai ke pinggangnya.

Tubuhku melemas di atas badannya. Kucabut penisku yang sudah mengecil dan berbaring di sampingya. Kukecup lembut bibir dan keningnya. Tubuh kami yang basah oleh keringat terasa segar ketika angin bertiup agak kuat.

"Terima kasih Anto, kuda arabku. Kau sungguh hebat sekali. Aku nggak tahan setiap bercinta denganmu. Tubuhku serasa remuk semua" ia berbisik di telingaku.
"Akhirnya kita nggak jadi Q.. Q, malahan masuk dalam sebuah permainan yang baru", katanya lagi.

Aku diam saja sambil mengelus-elus dan mencium rambutnya. Akhirnya Hanny bangkit setelah napasnya teratur dan menghela napas dalam-dalam. Ia mengenakan kembali gaun tidurnya. Akupun memakai celanaku dan sama-sama masuk ke dalam kamar mandi membersihan tubuh kami dari keringat dan ceceran sperma yang lengket di tubuh kami.

Setelah kembali ke pekarangan, membereskan karpet arena pertempuran tadi, Hanny kelihatan sedang memasak di dapur. Kudekati dan kulihat lima butir ayam kampung di dalam panci. Begitu air mendidih segera ia mengangkat telur ayam tadi, memecahkannya dalam sebuah gelas, menaburi dengan lada dan kecap asin ia mengaduknya. Diminumnya sebagian telur setengah matang tadi dan kemudian sisanya diberikan kepadaku dan segera kuminum sampai tandas. Aku pulang setelah memberikan french kiss yang ganas.

Aku duduk di atas karpet di dalam kamarku merapikan pakaian yang kupakai tadi. Sebuah pengalaman yang baru. Kupikir tadinya kami akan melakukannya dengan cepat, namun kini kami mempunyai sebuah pengalaman baru yang indah. Bercinta di tempat terbuka.

"Wuuiihh, dahsyat man!!", kataku dalam hati.

Paginya kuintip dari jendela, Hanny sedang menyapu. Ia dalam posisi membelakangi kamarku, daster bagian belakangnya sedikit naik karena ia menyapu sambil membungkuk. Kubayangkan sebentar kalau kami bercinta dalam posisi doggie style. Kubuka kaca nako dan aku bersiul. Ia menoleh, meleletkan lidahnya, menggoyangkan pantatnya dan kembali melanjutkan menyapu.

Beberapa hari kemudian Hanny mengajakku berenang di Cisarua. Sebenarnya kalau aku disuruh berenang sendirian ke sana, I.. Hh, sorry saja. Aku bisa kedinginan. Namun karena ada bara yang akan menghangatkanku dengan senang hati kuikuti ajakannya.

Hanya ada beberapa orang yang berenang di sana. Kupikir karena hari ini bukan hari libur atau akhir minggu. Jadi paling-paling hanya orang dari Bogor dan sekitarnya saja yang datang.

Selesai berenang kami tidak langsung pulang namun Hanny mengajakku jalan-jalan di kebun teh. Kami menyusuri jalan setapak, namun kemudian Hanny menyeretku masuk ke dalam kerimbunan rumpun teh agak jauh dari jalan setapak tadi. Yang kelihatan dalam pandangan kami cuma daun dan pohon teh saja. Jalan raya dan jalan setapak sudah tidak kelihatan. Kami berhenti dan tidak lama kedua tangannya menggayut manja di leherku.

Bersambung . . . . .




Komentar

0 Komentar untuk "A Taste of Honey 4 - Outward Adventure - 1"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald