The hottest liveshow - 4

0 comments

Temukan kami di Facebook
Mang Nurdin mengajak Santi duduk disebelahnya saja, tapi Santi menolaknya
Nggak ah Pak, mending simpen tenaga aja buat si Sandra ! tolaknya
Ketika kami ngobrol-ngobrol ada yang misscall ke HP-ku, si Sandra, semenit kemudian disusul bunyi bel, nah pasti ini dia, pikirku.
Aku menyuruh buruh-buruhku sembunyi di dapur dengan membawa pakaian masing-masing, aku berencana membuat surprise sekaligus hukuman baginya. Kupakai celana pendekku untuk menyambutnya (iya dong, kalau ternyata bukan Sandra, masa aku menyambutnya memakai celana dalam).
Hai, sori yah telat katanya begitu pintu terbuka gua jadi ga usah main sama buruh-buruhlu yah
Udah malam gini, kita baru aja bubar, masuk ! ajakku Ngapain aja seharian tadi ?
Nge-bowling di BSM, pada minta nambah game melulu sih, kan ga enak kalo gua pulang dulu, sori banget
Sandra orangnya cantik, rambut panjang kemerahan direbound, tinggi kurang lebih 160cm, dadanya tegak membusung 34B, lebih montok daripada Ivana dan Santi, tampangnya sedikit mirip Vivian Chow, artis HK tahun 90an itu loh, dengan modal itu dia pantas bekerja paruh waktu sebagai SPG. Hari itu dia memakai baju putih lengan panjang dengan dada rendah dan rok selutut dari bahan jeans.

Sandra
Hi, baru lembur nih ! sapanya pada Santi
Kubiarkan mereka berbasa-basi sebentar sampai aku menarik rambutnya dari belakang sehingga dia merintih kaget
Udah arisannya nanti lagi, kaya ga tau lu punya salah aja !
Aww...aduh, ngapain sih sakit tau ! rintihnya
Mohon pembaca jangan salah paham mengira aku ini psikopat atau apa, dalam bermain sex dengannya aku memang sering memakai cara kasar, karena dia juga menikmati dikasari, cuma sebatas main jambak dan tampar sih, tidak sampai masokisme dengan pecut, lilin, dan sejenisnya. Karena dia suka variasi seks kasar inilah aku mengajukan tantangan padanya.
Aku mendekapnya dan menciumi bibir dan lehernya habis-habisan sampai nafasnya mulai memburu. Dia pun mulai meraba selangkanganku. Setelah memberi syarat dengan gerakan tangan ke arah dapur, mendadak aku melepas ciumanku dan menepis tangannya dari selangkanganku

Heh, dasar gatel, datang-datang udah pengen kontol, kalo lu mau kontol gua kasih lu lima sekaligus ! makiku sambil mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai
Dia menjerit kecil dan begitu menengok ke belakang disana sudah berdiri para buruhku yang bugil yang senjatanya sudah di reload, mengacung tegak siap untuk pertempuran selanjutnya. Sebelum sempat bangun dia sudah diterkam kelima orang itu.
Heeaaa...sikat ! seru mereka sambil menyerbunya
Win...sialan lu, gila !! jeritnya
Huehehehe...tenang San, gua masih nyisain buat lu kok, kan lu suka dikasarin, coba deh biar tau rasanya diperkosa, dijamin sensasional abis ! aku menyeringai padanya
Sandra meronta-ronta, tapi dia tidak bisa menghindar karena kedua kaki dan tangannya dipegangi mereka, malah itu hanya menambah nafsu mereka. Mereka tertawa-tawa sambil mengeluarkan komentar jorok bagaikan gerombolan serigala melolong-lolong sebelum menyantap mangsanya.

Keributan disini memancing Ivana melongokkan kepalanya dari kamar mandi untuk melihat apa yang terjadi, kupanggil dia, tapi dia bilang nanti, mandinya belum selesai. Pak Usep meremasi payudaranya yang masih terbungkus pakaian
Waw...teteknya gede nih, asyik ! komentarnya
Mang Obar dan Pak Andang yang memegangi kakinya juga tak mau kalah, mereka menyingkap roknya sehingga terlihatlah celana dalamnya yang warna hitam dan pahanya yang putih mulus, tangan-tangan mereka segera mengelus-elus pahanya dan terus naik ke pangkal pahanya, bukan cuma itu, jari-jari itu juga mulai menyelinap lewat pinggir celana dalam itu menggerayangi kemaluannya. Mang Nurdin menyusupkan tangannya lewat bawah kaosnya sehingga dada kirinya menggelembung dan ada yang bergerak-gerak. Si Endang meraih tangan Sandra dan menggenggamkannya pada penisnya.
Kocok Neng, kocokin yang saya ! suruhnya
Erwin...mhhpphh...Win...gua...mmm ! desahnya di tengah cecaran bibir Pak Usep yang akhirnya melumat bibirnya.

Aku menyaksikan adegan ini dari jarak satu meteran sambil duduk merangkul Santi.
Win, dasar kelainan seks lu, tega amat lu ngeliat kita digituin tiko! katanya sambil mencubit pahaku
Tapi lu suka kan, gua liat tadi lu hot gitu goyangnya, ngaku lo ! sambil memencet payudaranya Buka ah handuknya ngehalangin aja ! kutarik lepas handuk yang melilit badannya
Lu juga dong buka, biar adil ! balasnya sambil melepasi pakaianku
Sepongin San, sambil nonton si Sandra dismack down nih ! suruhku
Dengan posisi duduk di sebelahku, dia merunduk menservis penisku, jilatan dan kulumannya menyemarakkan acara yang sedang kusaksikan, seperti popcorn yang menemani nonton di bioskop. Sambil menikmati liveshow dan sepongan, tanganku memijati payudaranya dan menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya.

Rontaan Sandra semakin lemah, dia sudah pasrah bahkan hanyut menikmati ulah mereka. Aku berasumsi dia sudah tenggelam dalam hasrat seksualnya, hasrat terliar dalam dirinya, dia menikmati pagutan bibir Mang Nurdin tanpa ada paksaan, mengocok penis Endang dengan sukarela, juga ketika Pak Usep menempelkan penisnya ke mulutnya, tanpa diminta dia sudah menjilat dan mencium penis itu.
Telanjangin euy, biar kita bisa ngeliat bodinya ! kata salah seorang dari mereka
Iya bugilin, bugilin, ewe...ewe !! timpal yang lain
Mereka bersorak-sorak dan mulai melucuti baju Sandra, pakaiannya beterbangan kesana-kemari hingga akhirnya tak satupun tersisa di tubuhnya yang indah selain arloji, cincin, dan gelang kakinya. Kelimanya memandangi tubuh telanjang Sandra tanpa berkedip.
Anjrit, kulitnya mulus banget, cantik lagi ! komentar seseorang
Wih, teteknya...jadi ga tahan pengen netek eemmm...! sahut Mang Nurdin yang langsung melahap payudara kanannya

Sebelah sini juga bagus sahut Pak Andang membuka lebar kedua belah pahanya.
Bersama Mang Obar dia memandangi daerah kemaluan Sandra yang berbulu lebat dengan tengahnya yang memerah. Keduanya menjilati vaginanya yang mulai becek. Tubuhnya menggelinjang hebat merasakan dua lidah menggelikitik vaginanya. Endang menciumi leher, bahu dan sekitar ketiak, sambil jarinya memilin-milin putingnya. Pak Usep menjilati bagian pinggir tubuhnya sambil tangannya menelusuri punggung dan pantatnya. Sandra hanya bisa menggeliat-geliat dikerubuti lima buruh kasar, mulutnya mengeluarkan suara desahan. Saat itu Ivana baru selesai mandi, dia menjatuhkan pantatnya di sebelahku, seperti Santi tadi dia juga memakai handuk melilit badannya, rambutnya masih agak basah.
Buka ah ! ngapain sih malu-malu gitu ! kataku menarik lepas handuknya
Bekas cupangan memerah masih nampak pada kulit payudara dan lehernya yang putih, kurangkul tubuhnya yang mulus itu di sisi kiriku. Santi tidak terlalu menghiraukan kedatangan Ivana, dia terus saja menjilat penisku dengan gerakan perlahan sambil memijat lembut buah pelirnya

Kasian ih, masa lu tega si Sandra dikeroyok gitu ! kata Ivana
Santai aja Na, Sandra kan ga kaya lu, dia sih enjoy aja dikasarin gitu, dah biasa jawabku santai
Ooo...ga kaya gua yah ! sehabis berkata dia langsung menyambar putingku dan menggigitnya
Adawww...!! jeritku refleks menepis kepalanya Jahat ih, keras gitu masa gigitnya, putus nanti kataku mengelus-elus putingku yang nyut-nyutan digigitnya
Dia malah tertawa melihatku begitu, si Santi juga ikutan ketawa.
Lho, kan ke Sandra lu bilang suka main kasar, baru digituin aja dah kaya disembelih hihihi ! Santi mengejekku
Ini sih bukan kasar, tapi sadisme gila gerutuku Dah ah, lu terusin aja sana, jangan ngeledek ah ! kutekan kepalanya ke bawah
Sini lo ! kusambar tubuh Ivana yang masih cekikikan ke pelukanku
Dengan bernafsu kupaguti lehernya dan payudaranya kuremas-remas sehingga dia mendesah-desah kenikmatan.

Bukan cuma menjilat, Mang Obar juga memasukkan jarinya ke liang vagina Sandra, diputar-putar seperti mengaduknya sementara lidahnya terus menjilati bibir vaginanya. Setelah puas menjilat, Mang Obar menyuruh Pak Andang menyingkir, dia angkat sedikit pinggul Sandra dan menekankan penisnya pada belahan kemaluan itu, dia melenguh ketika kepala penisnya sudah mulai masuk, lalu ditekan lagi dan lagi. Sandra menahan nafas dan menggigit bibir merasakan benda sebesar itu menyeruak ke vaginanya.
Aaakkhh ! erangan panjang keluar dari mulut Sandra saat penis Mang Obar masuk seluruhnya dengan satu hentakan kuat.
Penis itu keluar-masuk dengan cepatnya, suara desahan Sandra seirama dengan ayunan pinggul Mang Obar. Desahan itu sesekali teredam bila ada yang mencium atau memasukkan penis ke mulutnya.
Hehehe...liat tuh teteknya goyang-goyang, lucu ya ! sahut Pak Usep memperhatikan payudara yang ikut tergoncang karena tubuhnya terhentak-hentak
Mulutnya enak, hangat, terus Neng, mainin lidahnya ! kata Endang yang lagi keenakan penisnya diemut Sandra.
Uuuhh...uuhh...iyahh ! jerit klimaks Mang Obar, penisnya dihujamkan dalam-dalam dan menyemprotkan spermanya di dalam sana.

Posisi Mang Obar segera digantikan oleh Pak Andang, dia melakukannya dalam posisi sama dengan rekannya tadi sambil tangannya menggerayangi pahanya dengan liar. Sementara Endang mengerang lebih panjang, wajahnya mendongak ke atas dan meringis. Rupanya dia telah orgasme dan spermanya ditumpahkan ke mulut Sandra, dia menyedotnya, namun sebagian meleleh keluar bibirnya, dikeluarkannya sebentar untuk dikocok dan diperas, maka sperma itu pun nyiprat ke wajahnya. Kemudian dijilatnya lagi penis Endang yang mulai menyusut membersihkannya dari sisa-sisa sperma. Tugas Sandra menjadi sedikit lebih ringan setelah dua orang yang telah dibuatnya orgasme menyingkir, keduanya kini terduduk di pinggirnya, memulihkan tenaga sambil sesekali megang-megang tubuhnya. Tubuh Sandra menggelinjang merasakan sensasi yang selama ini belum dia rasakan, tangannya yang menggenggam penis Pak Usep nampak semakin gencar mengocoknya sehingga pemiliknya melenguh keenakan.
Aahhh...emm...gitu Neng, enak...oohhh ! sambil tangannya meremasi payudaranya.
Mang Nurdin yang tadi menyusu sekarang mulai menciumi perut Sandra yang rata, tangan kirinya memainkan putingnya, tangan kanannya mengelus pantatnya.

Saat itu aku sedang menikmati penisku dipijati oleh cengkraman vagina Ivana yang duduk di pangkuanku dengan posisi membelakangi. Aku membiarkannya mengendarai penisku sementara aku menikmati Sandra digangbang, menonton sambil melakukan, suatu kenikmatan seks yang sejati. Kudekatkan wajahku ke lehernya dan kuhirup aroma tubuhnya, hhmm..wangi, habis mandi sih, di lehernya masih membekas cupangan mereka, tapi aku tak peduli, kulit lehernya yang mulus kuemut dan kugigiti pelan membuatnya semakin mendesah kesetanan. Tangan kiriku mendekap Santi sambil memutar-mutar putingnya, tapi kemudian Santi bangkit dan berdiri di hadapan kami, dia dekatkan kemaluannya pada Ivana, tanpa disuruh Ivana menjilatinya. Santi mendesah menikmatinya, dipeganginya kepala Ivana, seolah meminta dia tidak melepaskannya. Aneh si Ivana ini, kalau diminta mengoral punya cowok susah, harus dibujuk-bujuk baru terpaksa diiyakan, tapi ini ke sesama jenisnya tanpa disuruh kok mau, mungkin sih akibat terlalu horny, tapi peduli amat ah, yang penting enjoy aja (emang iklan LA Light ?). Kuminta Santi menepi sedikit karena sempat menghalangi pandanganku terhadap Sandra. Ruang tamuku jadi dipenuhi oleh desah birahi yang sahut menyahut.

Sandra kembali orgasme oleh genjotan Mang Obar, badannya lemas bercucuran keringat, namun mereka terus menggumulinya. Gerakan Mang Obar semakin cepat dan menggumam-gumam tak jelas, tapi sebelum spermanya keluar, dia mencabut penisnya dan langsung menaiki dadanya.
Misi, minggir dulu dong, tanggung nih, pengen ngentot pake teteknya sebelum ngecret !
Segera dia jepitkan penisnya diantara dua gunung kembar itu lalu digesek-gesekkannya penisnya disana dengan lancar karena sudah licin oleh cairan cinta. Tak sampai tiga menit spermanya sudah muncrat, cipratannya berceceran di dada, leher, wajah dan sebagian rambut Sandra. Setelahnya dia menyuruh Sandra menjilati penisnya hingga bersih mengkilat. Dua orang lagi yang masih menggumulinya, Mang Nurdin dan Pak Usep, mengangkat tubuhnya dan membaringkannya ke kasur udara tempat Santi digarap. Mang Nurdin membalikkan tubuh Sandra hingga telungkup, pantatnya diangkat hingga menungging, dengan posisi ini dia memasukkan penisnya ke vagina Sandra dari belakang. Disodokkannya benda itu berkali-kali dengan keras, sehingga Sandra mengerang makin histeris.

Pak Usep tidak meneruskan aktivitasnya dengan Sandra, dia meninggalkannya berduaan dengan Mang Nurdin. Sementara dia sendiri menghampiri kami dan kedua tangan gemuknya melingkari perut Santi dari belakang, agaknya dia masih penasaran karena belum sempat menikmati Santi. Telapak tangannya bergerak ke atas membelai payudara Santi, sedangkan yang satunya ke bawah membelai kemaluannya, mulutnya mencupangi bahunya. Santi memejamkan mata menghayati setiap elusan tangan kasar itu pada bagian-bagian sensitifnya, desahan pelan keluar dari mulutnya. Tangannya lalu menarik wajah Santi ke belakang, begitu dia menoleh bibirnya langsung dipagut. Keduanya terlibat percumbuan yang panas, sedotan-sedotan kuat dan permainan lidah terlibat di dalamnya. Dengan terus berciuman tangan kanannya beraksi di kemaluan Santi, jari-jari itu menggosok-gosok belahan kemaluannya, kadang juga masuk dan berputar-putar di dalamnya. Permainan jari Pak Usep yang lihai membuat tubuh Santi bergetar dan vaginanya melelehkan cairan. Sedangkan tangan kirinya meraba-raba bagian tubuh lainnya, lengan, dada, perut, paha, pantat, dll. Setelah mencumbunya selama beberapa menit, lidah Pak Usep kini menjilati lehernya dan menggelikitik telinganya.

Di pihakku, Ivana menaik-turunkan tubuhnya dengan lebih kencang, diantara desahannya terdengar kata-kata tak jelas, tanganku juga diraih dan diremaskan ke payudaranya, gelagat ini menunjukkan dia sudah di ambang orgasme.
Aaahh...Win, dikit lagi nih...enak ! erangnya sambil meremas tanganku
Akupun merasa mau keluar juga saat itu, maka kupacu juga pinggulku sampai sofanya ikut goyang, penisku menusuk makin keras dan dalam padanya. Penisku serasa diperas oleh jepitan vaginanya, himpitannya makin lama makin kencang saja. Akhirnya cairan nikmat itu keluar dibarengi desahan yang panjang, aku pun mendapat orgasmeku lima detik setelahnya. Sperma bercampur lendirnya meleleh keluar dari sela-sela vaginanya membasahi selangkangan kami dan sofa di bawahnya. Kami saling berpelukan tersandar lemas di sofa, kubelai-belai lembut rambut dan wajahnya selama cooling down.
Goyangan lu tambah asyik nih say, bersihin dong pake mulut, boleh ya ? pujiku sekaligus memintanya melakukan cleaning service.
Nggak mau, lu sendiri aja ! jawabnya sambil manyun
Ayo dong say, lu kan baik, please dikit aja, yah...! mohonku lagi memencet putingnya

Ok, tapi cuma bersihin aja yah, ga lebih katanya sambil turun dari pangkuanku
Dia berjongkok diantara kedua kakiku, dipegangnya penisku, kemudian mulai menjilati sisa-sisa cairan pada penisku hingga bersih. Di kasur sana, Mang Nurdin menyetubuhi Sandra dengan ganasnya dengan doggie style. Mata Sandra merem-melek dan mendesah tak karuan akibat sodokan-sodokan yang diberikan Mang Nurdin. Mang Obar menghampiri mereka lalu duduk mekangkang di depan Sandra. Tangannya menjenggut rambut Sandra dan menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya, tentu saja benda sebesar dan berdiameter selebar itu tidak muat di mulut Sandra yang mungil. Susah payah Sandra berusaha menyesuaikan diri, pelan-pelan kepalanya mulai naik-turun mengisap benda itu. Desahan tertahan masih terdengar dari mulutnya, pada dinding pipinya kadang terlihat tonjolan dari penis Mang Obar yang bergerak maju-mundur. Mang Obar mengelus punggung dan dadanya sambil menikmati penisnya dikulum Sandra. Mang Nurdin hampir klimaks, genjotannya semakin cepat, tak lama kemudian dia mendesah panjang dengan mencengkram erat bongkahan pantatnya, spermanya menyemprot di dalam vaginanya, ketika dia cabut penisnya, nampak cairan kental itu masih menjuntai seperti benang laba-laba, sebagian meleleh di sekitar pangkal paha Sandra.

Melihat vagina Sandra nganggur, Mang Obar menyuruhnya menghentikan kulumannya dan naik ke pangkuannya. Sandra yang klimaksnya tertunda karena Mang Nurdin sudah keluar duluan segera menaiki penis Mang Obar. Sebelum mulai, pria kurus itu meminta tissue basah pada Endang untuk mengelap ceceran sperma di sekujur tubuh Sandra. Sandra menaik-turunkan pinggulnya dengan gencar di atas penis Mang Obar, payudaranya pun ikut terayun-ayun seiring gerak badan. Pemandangan itu membuat Mang Obar tidak tahan untuk tidak melumatnya, mulutnya menangkap payudara yang kanan dan mengenyot-ngeyotnya, sementara tangannya bergerilya menyusuri lekuk-lekuk tubuh yang indah itu. Keringat sudah bercucuran membasahi tubuh Sandra yang sudah bekerja keras melayani lima pria sekaligus, rambutnya sudah acak-acakan, namun itulah yang menambah pesonanya. Desahan nikmat Sandra memacu Mang Obar untuk terus melahap dada, leher, dan ketiaknya.

Setelah puas melakukan foreplay bersama Santi, Pak Usep menyuruhnya nungging, masih dalam posisi berdiri, Santi mencondongkan badan ke depan dengan tangan bertumpu pada kepala sofa. Santi yang sudah horny berat itu pun tanpa sungkan-sungkan mengulurkan tangan ke belakang membuka bibir vaginanya, gatel minta ditusuk. Mang Obar mengerti bahasa tubuh Santi, dia pun segera melesakkan penisnya masuk ke lubang itu.
Aarrghh...enak Mang, terus...terus ! jerit Santi
Adegan ini berlangsung tepat di sebelahku sehingga aku dapat mengamati ekpresi wajah Santi yang sedang menikmati sodokan penis Mang Obar, dia merintih-rintih dan sesekali menggigit bibir bawah. dari belakangnya Mang Obar menggerayangi tubuhnya sambil terus menggenjotinya, payudaranya tampak berayun-ayun menggodaku iseng meremas salah satunya. Beberapa kali tubuh Santi tersentak-sentak kalau Mang Obar memberikan sodokan keras padanya. Aku suka sekali melihat wajahnya yang seksi saat itu.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "The hottest liveshow - 4"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald